Minggu, 16 Juni 2013

SEPARATISME CECHNYA DI RUSIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Separatisme merupakan suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu negara lain).
Keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991 telah mewariskan berbagai masalah nasional bagi Negara – Negara bagian bekas negara adidaya tersebut. Dan permasalahan yang lebih kompleks lebih dirasakan oleh Rusia dimana proses transisi perubahan RSFSR (Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia) menjadi Federasi Rusia menyisakan persoalan yang kapan pun bisa menjadi bom waktu di masa mendatang.
 Gerakan separatisme yang muncul dengan memanfaatkan sentimen etnis, agama maupun ketidakadilan bisa timbul kapan pun di republik-kesukuan yang ada di Rusia, salah satunya adalah konflik Chechnya.

Memasuki awal abad ke 21 masalah yang dihadapi Rusia semakin rumit dan kompleks, Federasi Rusia memiliki tugas-tugas historis-kultural untuk tetap mempertahankan high profile sebagai warisan dari dua kekuatan yang disegani dunia pada masa yang berbeda, deng Situasi politikan tantangan zaman yang lebih kompleks.

Masalah terorisme dan ekstrimisme internasional, termasuk didalamnya separatisme merupakan masalah yang mendapat perhatian  serius pemerintah Federasi Rusia.
Untuk mengantisipasi berbagai tantangan di atas, pemerintah Rusia telah menetapkan konsep kebijakan internasional, konsep keamanan dan doktrin militer yang diarahkan untuk menjaga kepentingan nasionalnya dari potensi ancaman disintegrasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  permasalahan yang terjadi di Checnya?
2.      Apa arti penting Chechnya bagi Rusia?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui permasalahan Rusia dengan Checnya.
2.    Untuk mengetahui arti penting Chechnya bagi Rusia.





BAB II
PEMBAHASAN

1.      MASALAH CHECNYA

A.    Wilayah  Chechnya
Chechnya merupakan salah satu dari 21 negara bagian Republik Federasi Rusia dimana secara administratif memperoleh otonomi penuh Rusia. Letaknya di sebelah timur wilayah Kaukasia Utara atau sebelah barat daya wilayah Rusia. Negara Chechnya berbatasan langsung dengan wilayah Stavropol di sebelah barat laut, Republik Dagestan di sebelah timur laut, Georgia di selatan, dan Republik Ingushetia di sebelah barat. Chechnya dihuni oleh etnis Chechen yang mayoritas merupakan Umat Islam.

Rakyat Chechen merupakan pejuang tangguh, dimana selama lebih 200 tahun berjuang menanti kemerdekaan dari penjajahan Rusia. Pola hidup masyarakat Chechnya merupakan pola hidup masyarakat secara Islam. Hukum Islam ditegakkan dalam segala aspek kehidupan. Propaganda komunisme, marxisme yang dilancarkan dari Uni Soviet waktu itu pun tidak berpengaruh di Chechnya, karena memang masyarakat telah mendarah daging dengan Islam waktu itu. Namun, perkembangan Islam yang pesat ini kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya. Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan.

Tekanan yang diberikan Rusia kemudian terus berlanjut pasca Perang Dunia II ketika rakyat Chechnya dituduh sebagai penghianat Rusia dalam melawan invasi Nazi Jerman yang masuk Rusia. Padahal ketika itu, rakyat Chechnya ikut serta dalam barisan tentara merah Rusia melawan invasi Nazi Jerman yang masuk Kaukasus. Pihak Kremlin kemudian menjatuhkan hukuman kepada rakyat Chechnya pada 23 Februari 1944 berupa pendeportasian massal dari kampung halamannya menuju ke tempat yang tersebar di wilayah Asia Tengah. Cara pendeportasian ini juga dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi dimana rakyat Chechnya dimasukkan dalam box gerbong kereta api secara berdesakan sehingga banyak yang sakit dan tewas selama perjalanan pengasingan tersebut. Rumah dan Masjid yang selama ini mereka tinggali di Chechnya kemudian dibuldozer dan dihancurkan oleh pemerintah Soviet.





B.       Separatisme dan Terorisme Internasional

Perang Chechnya Pertama (1994-1996) meletus ketika Moskow tidak berhasil menjinakkan keinginan Grozny yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia. Ketika Uni Soviet bubar, Republik Chechnya termasuk bagian dari 89 Subjek Federasi. Sementara itu kekuatan setempat di bawah pimpinan Dzokhar Dudayev menginginkan Chechnya berdiri sendiri sebagai sebuah negara berdaulat dan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 1 November 1991 dengan nama Republik Ichkeria.

Periodisasi awal terbentuknya sebuah negara baru selalu dilalui oleh konflik dan ketidakstabilan domestik. Hal ini juga terjadi di Negara Chechnya. Tahun 1991-1994 adalah periode konflik internal Chechnya antara pendukung Presiden Dzhokhar Dudayev dan kelompok oposisi. Terjadi kerusuhan dimana-mana dan kemudian menyebabkan perginya etnis Rusia dan beberapa rakyat Chechen keluar wilayah Chechnya. Perekonomian dan industri pun banyak yang macet karena banyaknya Insinyur yang pergi untuk menyelamatkan diri. Konflik dan kerusuhan inilah yang kemudian menjadikan alasan Federasi Rusia untuk mengeluarkan kebijakan untuk mengirim pasukan ke Chechnya dengan dalih meredakan konflik. Padahal, kerusuhan di Chechnya yang disebabkan kelompok oposisi Dudayev ini merupakan kelompok yang didukung dan didanai Rusia sendiri. Namun, upaya kelompok oposisi yang didukung penuh Rusia ini selalu gagal menurunkan Presiden Dudayev.

Presiden Boris Yeltsin mengeluarkan maklumat pada 15 Desember 1994 agar penduduk Chechnya tak mendukung “gerombolan” yang dipimpin Dzokhar Dudayev. Maklumat itu kurang menuai hasil akibat kuatnya pengaruh kepemimpinan Dudayev terhadap masyarakat setempat.

Akibatnya Moskow menyerang Chechnya setelah Grozny tak mengindahkan seruan Boris Yeltsin tersebut. Perang pun tak dapat dielakkan dan meluluhlantakkan infrastruktur Chechnya dan menelan puluhan ribu masyarakat sipil. Akibat banyaknya korban di kalangan sipil Moskow menyetujui diambilnya langkah diplomatis dengan ditandatanganinya Perjanjian Kasavyurt tahun 1996.

Perang Chechnya I yang telah menelan ribuan korban dari kedua belah pihak berhasil dipadamkan, namun suasana damai itu hanya sesaat. Beberapa insiden yang terjadi di Dagestan, sebuah republik tetangga Chechnya telah memicu berkobarnya bara perang yang tak sempurna dipadamkan.

Gerakan separatisme Checnya menjadi isu dunia setelah anasir-ansir terorisme internasional tercium di sana. Rusia menilai  bahwa wilayah Kaukasus utara telah menjadi sarang terorisme internasional yang melibatkan para penjahat transnasional  termasuk Khattab dan Osama bin Laden.

Kelompok gerakan separatis Chechnya merupakan kelompok etnis Chechnya yang menuntut kedaulatan dan kemerdekaan wilayahnya dari bagian Republik Federasi Rusia. Upaya-upaya yang dilakukan merupakan bagian dari resistensi yang berumur ratusan tahun lamanya dan buntut dari ketidakpuasan atas kebijakan Rusia terhadap etnis mereka. Upaya Rusia sebagai sebuah bangsa dalam mempertahankan wilayahnya Dalam menangani konflik di Chechnya, Rusia tidak segan – segan mengambil langkah yang represif untuk segera menyelesaikan masalahnya dengan separatis Checnya. Langkah – langkah ini lah yang menjadi masalah karena melanggar aturan internasional, seperti pelanggaran HAM berat, pelanggaran perang, dll.

Menghadapi gerakan terorisme internasional Rusia mengeluarkan segenap kekuatan, termasuk kekuatan militer untuk menggempur Gronzy dengan segala kemampuan militernya.




C.  Upaya yang dilakukan pemerintah Rusia untuk mempertahankan Chenchnya

Upaya Rusia untuk menghadapi perang Chechnya I adalah dengan mengandalkan pasukan dalam jumlah besar, dan persenjataan yang super canggih. Sedangkan, upaya pejuang Chechnya untuk mempertahankan negara mereka hanya menggunakan sejata apa adanya, yang mayoritas adalah peninggalan pasukan Rusia di tahun 1993 yang meninggalkan Chechnya pasca keruntuhan Uni Soviet. Bagi pejuang Chechnya, yang terpenting adalah pada mental bertempur dan semangat jihad yang tinggi, kedisiplinan, dan taktik strategi jitu yang akan membawa mereka pada kemenangan.
Rusia menurunkan 24.000 personil militer, dimana terdiri dari 19.000 personil dari Angkatan Darat Rusia, dan 4.700 personil dari Kementerian Dalam Negeri (MVD). Pembagian tentara tersebut adalah menjadi 34 batalyon infantri, yaitu 5 batalyon infantri bermotor (motorized riffle), 2 batalyon tank, 7 batalyon lintas udara (airborne), dan 20 batalyon infantri MVD. Mereka dilengkapi 80 tank, 208 ranpur lapis baja seri BMP, dan 182 pucuk meriam artileri howitzer dan mortar serta 90 helikopter tempur. Menteri Pertahanan Rusia, Pavel Grachev mengatakan bahwa ini akan menjadi “Blitzkrieg” paling berdarah yang akan berakhir paling lambat 20 Desember 1994. Strategi pasukan Rusia saat menyerang Chechnya adalah berpencar menjadi tiga pasukan, dan kemudian bersama menyerang dari tiga sisi wilayah Chechnya. Masing-masing grup pasukan bergerak dari Vladikavkaz dipimpin Letnan Jenderal Chindarov, dari Mozdok dipimpin Letnan Jenderal V. M. Chilindin, dan dari Kizlyar yang dipimpin Letnan Jenderal Lev Roklin. Tujuan penyerangan dari tiga sisi ini adalah untuk mengepung wilayah Chechnya agar pejuang Chechen tidak ada yang bisa meloloskan diri. Akhir Desember 1994, pengepungan dan blokade pasukan Rusia ditujukan di Kota Grozny.

D.       Kendala yang dihadapi Rusia dalam menghadapi gerakan separatism Chenchnya
1.      Ikatan Agama
Dalam pergerakan etnonasionalisme di Chechnya, agama memiliki peran
yang besar sehingga tercipta suatu masyarakat yang kuat dalam satukesatuan. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov, mengatakan bahwa maraknya terorisme adalah karena hubungan para pemberontak dengan militan Afghanistan dan Pakistan Utara. Mereka menerima pembekalan di kedua negara ini, baik itu dalam jumlah pasukan maupun bantuan dana, maka dari itulah diperlukan kerjasamainternasional untuk membendung semakin banyaknya militan Chechnya.

Hal ini membuktikan bahwa beberapa kelompok Islam memiliki konektivitas keagamaan yang kuat hingga menyulitkan Rusia untuk memberantas kelompok separatis Chechnya tersebut. Terlebih lagi Daulah Islam sudah diikrarkan kelompok separatis Chechnya yang menandakan bahwa kelompok Islam yang menginginkan kemerdekaan sudah kembali bersatu dan mempunyai tujuan yang sama. Melihat perkembangan Islam di Rusia, bukan hal yang tidak mungkin Islam akan besar di Rusia, warga muslim tidak hanya berada di Chechnya saja tetapi sudah masuk ke Rusia dan Negara bagian lainnya.

2.      Kecaman dari organisasi Internasional
Kebijakan yang dilakukan Putin, menurut data dari Amnesti Internasional pada tahun 2006, terhadap Chechnya dapat membawa dirinya ke sidang mahkamah internasional atas upaya pembersihan etnik, dalam hal ini kejahatan Putin hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Adolf Hitler dan Slobodan Milosevic.
Kerjasama yang dilakukan oleh Putin dan mendiang Kadyrov mengenai penjagaan stabilitas wilayah Chechnya dan kawasan di sekitarnya, merupakan titik balik kebijakan brutal Putin di Chechnya tercatat telah terjadi 82 kasus kriminal yang dilakukan oleh para tentara Rusia, salah satu kasus yang paling diingat oleh dunia internasional 89 adalah kasus yang menimpa Elza Kungayeva pada Maret 2000

3.      Kecaman dari organisasi Nasional
Selain mendapat kecaman dari dunia internasional terkait usaha Putin dalam mengatasi pemberontakan di Chechnya, Putin juga mendapat kecaman dari beberapa organisasi dalam wilayah Rusia, seperti dari sekelompok aktivis HAM yang mendesak presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera mengatasi konflik Chechnya dengan jalan negoisasi dan tanpa harus menggunakan jalan perang. Sergei Kovalyov, seorang tokoh pelopor HAM Soviet, yang dalam aksinya mewakili Komisi Penyelesaian Perang dan Restorasi Perdamaian di Chechnya bukan hanya mencoreng wajah Rusia, tapi juga mencoreng wajah seluruh komunitas internasional.

2.      ARTI PENTING CHECHNYA

Posisi geografis Chechnya yang terletak di bagian utara kawasan Kaukasus menempatkan Republik ini pada posisi strategis pada kekeuatan ekonomi dan geopolitik Rusia. Jalur pipa minyak (yang yang menuju ke laut Hitam, termasuk jalur dari sumber minyak Tengisk) merupakan jalur terbesar di CIS. Sementara itu kualitas minyak Rusia dalam perdagangan minyak dunia dinilai cukup tinggi. Sumber minyak yang cukup potensial ini akhirnya menjadi salah satu pemicu konflik antara para pemimpin Moskow dan Grozny.

Sementara itu lepasnya Chechnya bakal menganggu keutuhan integritas Rusia dan merusak tatanan geopolitik di wilayah Selatan Rusia. Sebagaimana diketahui Chechnya terletak di daerah Kaukasus berbatasan dengan Georgia dan Azerbaijan, yang memeberikan akses ke Laut Kaspia dan Laut Hitam. Posisi penting itu bisa jadi menjadi pertaruhan bagi Rusia, terlebih untuk mengantisipasi perluasan NATO ke Timur, termasuk ke negara bekas Uni Soviet seperti Georgia.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Konflik yang mewarnai Rusia dan, Checnya awalnya adalah, perkembangan Islam yang pesat di Chechnya kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya. Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan. dan perebutan lahan antara Rusia dan Checnya karena Chechnya merupakan negara yang strategis dari segi Ekonomi.
Namun, terlepas dari apapun yang melatar belakangi konflik berkepanjangan di Chechnya tersebut rakyatlah yang selalu pertama kali menjadi korban.





DAFTAR PUSTAKA
ü  A.Fahrurodji. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
ü  Subiakto Ari. 2010. “Perang Chechnya”. 
ü  www. Google.com
ü  www. Wikipedia. Com


Rabu, 29 Mei 2013

SEJARAH AFRIKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah

Afrika adalah benua terbesar di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika. 
Setelah penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika.
Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai potensi  komersial Dari sinilah dimulai lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat.

B.     Rumusan Masalah
A.  Apa Imperialisme Modern itu?
B.  Bagaimana Rahasia Afrika Tengah terbongkar?

C.    Tujuan Masalah
A.  Untuk mengetahui imperialisme modern.
B.  Untuk mengetahui sebab Afrika Tengah terbongkar.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  IMPERIALISME MODERN

1.      Sejarah dan arti Imperialisme
Imperialisme adalah sebuah kata buatan dari bahasa latin, imperium yang berarti perintah, kemudian berubah arti menjadi hak memerintah atau kekuasaan memerintah. Arti inipun mengalami perubahan lagi, menjadi daerah dimana kekuasaan memerintah itu dilakukan.
Menurut Dr. J Bartstra Imperialisme adalah usaha untuk mempererat kembali perhubungan antara daerah-daerah jajahan inggris dengan negeri induk, baik dengan mengadakan hubungan kultural, persatuan bea, maupun dengan mengadakan perjanjian-perjanjian politik dan militer.
Selanjutnya Bartstra memberi penjelasan akan adanya perubahan arti mengenai istilah imperialisme itu sebagai berikut :
“Sekarang berarti usah bangsa Inggris yang akan memberi pengulasan daerah yang lebih besar kepada kerajaan”, baik dengan cara menaklukan negri-negri jatuh ketangan negara saingannya-maupun dengan merampas daerah-daerah yang dapat dijadikan pasaran yang baik atau tempat yang dapat memberi baan-bahan pokok untuk industri-industri dalam negri, yang justru pada waktu itu mulai menderita karena saingan luar negri”.
Pada zaman modern sejak kira-kira dua puluh tahun menjelang berakhirnya abad ke 19, imperialisme imperialisme masih tetap bertakhta dan disebut imperialisme modern. Pada dasarnya isi imperialisme modern dan imperialisme tua tidak berbeda, sedang perbedaan antara kedua macam imperialisme itu  hanyalah terdapat dalam bentuk dan iramanya saja.
Seperti Bartstra yang memberi arti bahwa imperialisme adalah suatu ekspansi kolonial yang tidak dikendalikan, maka terdapat pula ahli-ahli lain yang mengemukakan pendapat serupa. J.Schumpeter, misalnya, mengatakan “imerperialisme adalah suatu kecendrungan daripada suatu negara untuk melakukan ekspansi, yang tidak terbatas dengan meggunakan kekasaran”. Juga Bouman berpendapat “imperialisme adalah hasrat untuk melakukan ekspansi yang tidak terbatas, apabila perlu dengan kekerasan”. Berdasar pendapat tiga orang ahli tersebut, maka imperialisme berarti nafsu suatu negara untuk melakukan ekspansi yang tidak dikendalikan keluar batas-batas negerinya.
Imperialisme berarti pula suatu politik yang berusaha menjamin keselamatan negerinya  dengan cara memiliki batasan-batasan alam, pelabuhan-pelabuhan bebas dan menguasai negeri-negeri sekitarnya untuk dijadikan vasal-vasal. Imperialisme semacam ini disebut imperialisme kontinental yang mula-mula bersifat defensif, tetapi kemudian menjadi agresif. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kedudukan yang paling depan dan berkuasa di benuanya.
            Apabila daerah pengaruh Imperialisme kontinental itu dipersempit, maka akan timbul imperialisme lokal, yang ditujukan untuk menguasai daerah-daerah disekitarnya. Perbedaan antara Imperialisme lokal-kontinental dan tak terbatas. Jika Imperialisme lokl dapat mencapai hasil yang gemilang, ia akan berubah menjadi imperialisme kontinental dan selanjutnya dari imperialisme kontinental dapat berubah menuju ke arah imperialisme tak terbatas.
Disamping imperialisme kontinental ada pula imperialisme kolonial. ketika abad ke 16 dan 17 makinbesarlah jumlah orang Eropa yang tertarik ntuk mengunjungi tanh-tanah yang penuh bermandikan sinar matahari dengan maksud untuk mengadu keuntungan. Dan biasanya kedatangan mereka dibarengi dengan penaklukan dan penguasaan terhadap tanah atau penduduk bumi putra dan negeri Inggris menjalankan imperialisme kolonial dalam waktu yang lama.
Akar imperialisme terdapat pada barang-barang yang berlebihan kaum sosial Demokrat berpendapat bahwa imperialisme ada suatu konsikuensi daripada sisterm produksi kapitalis selain itu Lenin juga mengidentifikasikan imperialisme dengan kapitalisme ia menerangkan ciri-ci pokok imperialisme ada lima macam, ialah :
1.      Pemutusan produksi dan modal, yang telah mencapai tingkat perkembangan yang jauh, dengan mengadakan monopoli-monopoli yang akan memegang peranan dalam kehidupan ekonomi dan menentukan.
2.      Peleburan modal bank dengan modal industri dan adanya oligarkhi keuangan dengan dasar “kapitalisme keuangan”.
3.      Ekspor modal dibedakan dari ekspor barang-barang dan mempunyai arti yang besar dan istimewa.
4.      Terbentuknya persekutuan-persekutuan kapitalis internasional yang melakukan monopoli dengan mengadakan pembagian dunia untuk golongan mereka.
5.      Pembagian tanah di dunia di antara negara-negara kapitalis besar telah dilaksanakan.
Pendapat lain mengatakan : “Imperialisme adalah suatu usaha untuk mencapai pengaruh dalam lapangan politik dan ekonomi serta posisi-posisi kekuasaan dengan memakai titik-tolak dan tujuan mengekspor kapital dalam bentuk uang (peminjaman) dan dalam bentuk alat-alat produksi ataupun menguasai bahan-bahan baku yang terpenting.
Ir. Soekarno berpendapat : “Imperialisme adalah suatu keharusan yang ditentukan oleh tinggi-rendahnya ekonomi sesuatu pergaulan hidup. Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri dan bangsa lain, tetapi imperialisme dapat juga hanu sistya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain.
2.        Industrialisme,Kapitalisme dan Imprialisme modern
Negara yang mula-mula melakukan industrialisasi adalah Inggris. Sejak pada pertengahan abad ke-18, masyarakat Inggris telah memiliki kekuatan-kekuatan potensial untuk mengadakan suatu revolusi industri. Perpaduan antara pendapatan-pendapatan baru dengan faktor-faktor produksi yang cukup tersedia ditambah dengan tanah jajahan yang cukup luas sebagai tempat penampungan hasil produksi, berhasil dapat mengubah Inggris yang agraris menjadi negeri industri. Pendapatan baru dalam abad ke-19 yang meliputi lalu-lintas, seperti kapal kincir, kapal besi, lokomotif, jalan kereta-api, telegrap elektro magnetis sangat menguntukan bagi perkembangan suatu negara industri.
Ketika baru Inggris saja satu-satunya negera industri, tidak timbul kesukaran dalam mendapatkan pasaran dan bahan-pokok bagi industrinya. Seluruh kontinen Eropa dan jajahan Inggris ditambah sisa bagian dunia lainnya adalah daerah pelempar produksi Inggris. Perdagangan dunia dimonopolinya. Saingan negara lain belum ada, karena negara-negara lain tersebut baru. Akan tetapi revolusi industri itu merembas pula keluar tanah Inggris pada kira-kira 1875 negara-negara Eropa Barat. Setiap negara industri baru memebutuhkan konsumen-konsumen bagi hasil industrinya . Untuk memmberi hak hidup pada “industri muda”, maka masing-masing negara industri muda itu menutup pintu bagi barang-barang buatan Inggris.. Penduduk di negeri sendiri diusahakan  untuk menjadi pemakai buatan Inggris.
Makin berkembangnya industri-industri besar itu, makin mendesak kebutuhan untuk melakukan ekspor hasil produksi dan disamping itu juga makin bergantuk kepada bahan-bahan mentah yang diimpor dari negeri lain.
Selain industrialisasi, juga kapitalisme modern merupakan faktor ekonomi yang mengakibtkan timbulnya imperialisme modern, Kapitalisme dibedakan antara kapitalisme tua dan kapitalisme modern. Pada kapitalisme tua berlaku sepenuhnya teori persaingan bebas dan pada kapitalisme modern terdapatlah monopoli-monopoli dagang serta ekspor modal. Perkembangan kapitalisme tua berkembang dengan perlahan-lahan, sedang kapitalisme modern selalu tergesa-gesa karena mempunyai keinginan agar dapat mencapai tujuan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Kedua macam kapitalisme tersebut sering mengalami krisis, ialah salah satu gejala yang terdapat dalam lingkaran kehidupan perusahaan.
Sesudah 1870 kapitalisme berkembang menempuh jalan baru. Perkembangan menuju ke arah dagang bebas internasional, pemerintah negara-negara kapitalis itu ikut menjalankan peranan dan lapangan ekonomi secara aktif, misalnya dengan mengadakan politik proteksi terhadap industri  dan perdagangan dalam negri atau menjalankan politik imerialisme.
Sistem proteksi inipun menimbulkan masalah surplus kapital. Akibatnya terjadilah imperialisme yang berusaha untuk mempengaruhi atau mendapatkan daerah-daerah diluar batas negerinya guna tempat penanaman modal yang berlebih-lebihan itu. Maka terjadilah pengejaran konsensi-konsensi diluar negeri serta panggilan kekayaan yang terpendam di negara-negara yang lemah oleh pemerintah negara-negara kapitalis..
3. Nasionalisme dan Imperialisme moderen.
Menurut P.J. Bouman, imperialisme modern adalah suatu istilah yang diperuntukan bagi ekspansivitet negara-negara industri sesudah 1870/1880. Bagi sejarah Eropa abad ke 19 adalah abad Nasionalisme. Semangat nasionalisme itu menjadi sangat tebal, sehingga sering kali semangat itu dibawanya keluar batas-batas negerinya. Dengan demikian maka suatu negara merasa mempunyai hak dan kewajiban untuk melindungi warga negaranya yang tinggal di negeri orang lain.
Pada zaman imperialisme modern kepentingan kaum kapitalis  juga dilindungi oleh negaranya. Tuntunan sekelompok kapitalis akan daerah-daerah konsensi di negeri lain biasanya disertai pula ancaman gerakan angkatan laut. Kekuasaan negara berbeda di belakang mereka, bukan hanya untuk melindungi warganegaranya. Tetapi juga perusahaan-perusahaan mereka.
Disamping semangat nasionalisme yang meluap-luap dibawa ke luar batas negerinya, juga jingoisme dan chauvinisme dapat mengancam perdamaian dan mendorong dilakukannya tindakan imperialisme. Bahwa jingoisme dapat mengancam perdamaian dan mendorong dilakukannya tindakan imperialisme, dapat dilihat dari peristiwa perang Turki (1877-1878) Perang ini memberi kemungkinan besar bagi Rusia untuk mencapai cita-cita “hot-policy” di Balkan.
4.  Peran pedagang dan penjajah sebagai pembentuk imperium
Dalam usaha memperluas tanah jajahan, para pedagang dan penjelajah memegang peranan yang sangat penting ialah  bahwa dalam masa imperialisme itu seakan-akan muncul kembali adanya perserikatan dagang yang mendapat hak-hak kenegaraan seperti halanya EIC dan VOC, pada abad-abad sebelumnya. Dengan memiliki hak-hak kenegaraan, perserikatan dagang yang disebut Charteed Company itu dapat mengadakan perjanjian-perjanjian  dengan kepala suku penduduk Afrika , dapat melakukan ekspansi, menguasai dan memerintah daerah-daerah protektorat milik berbagai Chartered Company yang kemudian diserahkan kepada pemerintahnya masing-masing.
Gorge Goldie Taubman, pendiri United African Company, adalah pembentuk imperium Inggris di daerah lembah sungai Niger. Pada 1886 sesudah mendapat piagam perlindungan dari pemerintahnya, ia mengganti nama perserikatan dagangnya dengan Royal Niger Company. Dalam pergulatan mendapatkan daerah lembah sungai Niger, Goldie dapat mengatasi saingan kompeni dagang Prancis.
Dari Jerman terkenal pedagang Karl Peters, pendiri Gesellschaft fiir deutsch  Kolonization ia adalah seorang daripada “apostles” yang terkemuka yang memimpin Jerman ke arah imperialisme. Dalam memperebutkan daerah di Afrika Timur, Peters berhadapan dengan  Sir William Maxkinon. Pemilik British East Afrika Company.
Disamping Peters, juga terkenal Luderitz, seorang pedagang Bremen, berhasil mendirikan koloni Jerman yang pertama-tama, ialah di Afrika Baratdaya, Godeffory, seorang pedagang Hamburg, menyiapkan pembentuk imperium Jerman di Pasifik dengan mendirikan Deutsche Handels und Plantagen Gesellschaft der sud See Inseln.
Usaha mencapai cita-cita mendirikan jalan kereta api dan hubungan kawat dari Cape ke Cairo, mengakibatkan terjadinya peristiwa-peristiwa seperti jameson-raid dan kemudian disusul dengan Perang Badar II.
Disamping pedagang-pedagang kaum penjelajah juga melakukan peranan yang tidak kurang pentingnya dalam hal memberikan bantuan bagi keperluan imperialisme negaranya.  Perjuangan Baker dan Gordon yang merupakan penjelajah itu membantu terlaksananya imperilisme negerinya. Demikian pula D. Livingstone dan Stanley yang merupakan pembuka rahasia Afrika Tengah, dengan menerbitkan buku-buku berisikan pengalaman penjajahannya, berhasil membuka mata bangsa Eropa terhadap kekayaan yang luar biasa di daerah “Benua gelap” itu. Maka datanglah negara-negara kapitalis Barat itu di Afrika dan menbagi benua tersebut diantara mereka.
5.    Usaha dan jenis imperialisme modern
Berbeda dengan imperialisme tua, imperialisme modern tidak selalu menggunakan senapan dan meriam  dalam usahanya mempengaruhi rumah tangga bangsa lain. Jalan yang ditempuhnya jauh lebih halus dan lebih aman daripada yang ditempuh oleh imerialisme tua. Dengan cara yang tidak menyolok itu pun dengan biaya yang lebih ringan, kaum imperialis modern dapat mencapai  tujuan yang dicita-citakan. Sebagai contohnya dengan jalan memberi “perlindungan” terhadap negeri yang dianggapnya lemah. Sebagai negara “pelindung”, maka ia merasa wajib mengirimkan “penasihat-penasihat” ke negeri-negeri yang “lemah” itu.
Pada umumnya “penasihat-penasihat” itu diperlengkapi dengan tentara pendudukan. Oleh sebab itu tidaklah salah, kalau yang disebut dengan istilah “nasihat” itu sebenarnya berarti “perintah”. Tindakan  Inggris di Mesir pada akhir abad ke 19 dan “penetration pacifique” Prancis di Tunisia dan Maroko adalah penanaman kekuasaan negara-negara Imperialis melalui jalan ekonomi. Penanaman kekuasaan ekonomi itu dapat mengakibatkan penguasaan politik negeri tersebut. Imperialisme politik negara tersebut. Politik negeri –negeri tersebut mengakibatkan adanya koloni-koloni. Pada zaman berkobarnya semangat nasionalisme  di dunia timur, politik kolonialisme sering  bersembunyi pada bentuk protekorat ataupun daerah-daerah mandat.
Selain imperialisme politik terdapat pula imperialisme ekonomi dan imperialisme kebudayaan. Pada zaman imperialisme modern yang lebih mengutamakan ekspor modal dan juga karena  pada zaman itu semangat nasionalisme di luar Eropa makin berkobar, maka kebanyakan  negara-negara  kapitalis menggantikan imperialisme politik dengan imperialisme ekonomi. Imperialisme ekonomi ini berarti suatu cara untuk menguasai perekonomian  suatu negara yang merdeka. Jika tujuan negara imperialis itu bukan untuk menguasai politik ataupun ekonomi suatu negara lain,  melainkan hendak menguasai jiwa penduduk suatu negara lain, maka imperialisme disebut imperialisme kebudayaan. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti menguasai alat untuk  mengubah hubungan antara dua bangsa tersebut. Jika suatu negara imperialis dapat menguasai jiwa seluruh anggota politik dari negri lain, maka ini berarti suatu kemenangan besar. Kedudukannya atau kekuasaannya di negri itu akan lebih stabil daripada jika menggunakan cara pendudukan militer ataupun penguasaan ekonomi.
Menurut Morgenthau, peranan yang dijalankan oleh imperialiseme kultural dalam zaman modern adalah merupakan alat pembantu bagi pelaksanaan imperialisme yang lain.
Pada zaman modern imperialisme kultural bekerja dengan dibantu oleh koloni ke 5. Sebagai contoh, ialah usaha koloni ke 5 dari nazi pada permulaan Perang Dunia II, Sering kali lembaga-lembaga keagamaan melakukan peranan penting dalam pelaksanaan politik imperialisme bersifat kultural. Lembaga-lembaga tersebut berkerjasama dengan pemerintahnya, atau kadang-kadang lembaga-lembaga keagamaan itu bahkan ditumbuhkan dengan pemerintahnya.
Imperialisme kultur ini telah ada sejak zaman kuno. Iskandar Zulkarnain pernah menjalankannya dan Roma berhasil menananamkan pengeruh yang dalam sekali di negara-negara Eropa untuk berabad-abad lamanya. Romanisasi ini adalah usaha imperialismale kultural  yang paling berhasil.
Pada waktu sekarang tidak sedikit negara-negara besar dengan menggunakan biaya yang amat banyak berlomba-lomba menjalankan imperialisme bentuk baru  yang disebut neokolonialismr imperialisme, yang mendalangi pemerintah negara-negara boneka  bekas tanah jajahannya atau bekas daerah pengaruhnya yang telah memiliki ‘kemerdekaan politik”. Dengan jalan itu kaum imperialis berusaha dapat memperoleh keuntungan seperti sediakala, seperti pada zaman kejayaan imperialisme modern.


6.    Masa kejayaan imperialisme modern
Sesudah tahun 1880 negara-negara Eropa Barat terutama Inggris, Jerman, Prancis menyerbu ke daerah-daerah yang masih “bebas” dan dalam waktu singkat mereka berhasil menguasai daerah-daerah itu. Pembagian di antara mereka dilakukan dengan melalui berbagai macam perundingan atau perjanjian. Sebelum Perang Dunia II Afrika habis di bagi-bagi sehingga hanya tinggal Ethiopia dan Liberia saja yang masih merrdeka. Seluruh pantai utara Afrika telah menjadi tanah jajahan Inggris hampir dapat mencapai cita-citanya, ialah menguasai daerah dari Capo ke Cairo. Italia mendapat daerah-daerah di sekitar jajahan Inggris di Afrika Timur-laut dan pantai utara. Prancis hampir dapat mencapai impiannya, ialah membentuk suatu imperium dari Samudra ke Samudra.
Tidak hanya Afrika yang merupakan sasaran kaum imperialis modern, tetapi juga pualu-pula di daerah lautan Teduh dan Amerika Latin diserbunya.  Disamping itu itu penetrasinya Barat di Asia juga diperhebat. Tiongkok menjadi perebutan. Jerman datang di Turki dan berhasil mendapat konsesi membuat jalan kereta api Baghdad.
Menurut Hobson masa antara 1885-1900 adalah masa ekspansi yang paling kuat bagi negara-negara besar Eropa. Pada masa itulah seakan-akan Eropa Barat memegang hegemoni di dunia. Kemahirannya dalam lapangan tenologi mengakibatkan penduduk di luar Eropa sialu terhadap sinar Eropa itu, sehingga seakan-akan penduduk kulit berwarna dipaksa membenarkan pendapat bahwa bangsa kulit putih lebih superior daripada mereka. Pengaruh Eropa dalam segal lapangan dipancarkan ke seluruh dunia dan terjadilah Eropanisasi dunia. Dimana seluruh dunia berada dalam lingkungan pengaruh Eropa.
Bangsa Eropa sendiri dalam menghadapi bangsa lain di luar bangsanya merasa satu. Timbulah semacam nasionalisme Eropa. Mereka memiliki perasaan superior daripada bangsa-bangsa lain.Perasaan tersebut berakar  pada teori count Arthur Gobineau, orang pertama yang menyusun secara sistematis nasionalisme biologis dalam buku karyanya Essai-sur 1inegalite des races humaines (1853). Diterangkannya bahwa masyarakat adalah suatu organisme biologis, perubahan kebudayaan bukan disebabkan karena faktor-faktor biologis “Faktor darah adalah sangat penting. Dalam hal kemampuan kreatif umat manusia memiliki taraf-taraf yang tidak sama derajatnya. Kemampuan  ini ditentukan oleh kualitas jenis bangsa. Ada jenis bangsa yang terpilih, ialah jenis bangsa Teutonik dan German. Jenis bangsa lainnya termasuk jenis bangsa yang terbelakang dan tidak mampu mencapai taraf  peradaban/kebudayaan yang lebih tinggi.”kemurnian darah” jenis bangsa yang tinggi derajatnya  itu harus dijaga benar, agar dapat menunaikan tugasnya  sebagai pemimpin.
Walaupun kebenaran teori telah banyak disangkal oleh ahli-ahli lainnya dan teori tersebut masih tetep meluas di kalangan bangsa kulit putih..H Stewart Chamberlain (1855-1927), seorang bangsa inggris yang lam tinggal di jerman, mengarang buku  “ The Foundation of the Nineteenth Century, dimana gagasan-gagasan Gobineau dicetuskan lagi. Berdasarakan keyakinan bahwa bangsa kulit putih adalah lebih superior daripada bangsa-bangsa kulit berwarna , maka Rudyard Kipling (1885-1932) pujangga imperialis bangsa inggris yang terkenal, menciptakan keyakinan nasional tentang pentingnya peranan  dari “bansa Anglo-Saxon” dalam sejarah peradaban.  dalam hal membungkus kepentingan-kepentingan ekonomis dengan motif-motif biologis dan ethis, seperti halnya yang dikemukakan oleh Kliping. Jules Ferry, tokoh imperialis Prancis, menyatakan bangsa-bangsa yang superior termasuk Prancis, mempunyai kewajiban moril untuk memajukan bangsa-bangsa yang terbelakang. Untuk kepentingan ini Prancis harus menjalankan  “mission sacree” untuk “mission  Sacree” untuk “mission cilvillsatrice” di Afrika.
Pada waktu imperialisme Barat sedang mengalami masa kejayaan, telah tampak pula adanya tanda-tanda yang menuju keearah kemerosotanya. Hal ini disebabkan oleh sifat imperialisme modern sendiri ialah sifat bebas bersaing, seperti halnya sifat kapitalisme modern. Dalam hal melakukan kompetensi melakukan kompetisi secara hebat.
Persaingan antara negara-negara imperialis itu terjadi bersamaan dengan perlombaan mempersenjatai diri. Militerisasi secara besar-besaran oleh negara-negara imperialis itu telah dilakukan dengan hebat. Sehingga timbullah berbagai krisis yang mengancam  perdamaian dunia. Krisis Fashoda mengancam adanya perang anatara Inggris dan Prancis. Sedang krisis Marokko antara Prancis dan Jerman. Walaupun krisis-krisis tersebut dapat diatasi dengan jalan damai, namun akhirnya timbul pula perang besar antar negara-negara imperialis disebabkan oleh krisis Balkan.
Menurut pandangan Eropasentris, perang besar ini disebut Perang Dunia I, tetapi menurut pandangan duniasentris, perang 1914-1918 itu adalah perang saudara antara negara-negara kapitalis imperealis. Perang dunia itu adalah bentuk lain daripada kelanjutan persaingan antara negara-negara yang telah melakukan industrialisasi sangat kuat. Negara imperealis muda, Jerman, ingin mendesak dan menuntut pembagiankembali daerah-daerah jajahan negara-negara imperialis tua seperti Inggris dan Prancis.
Akan tetapi berakhirnya perang besar tersebut belum dapat mengtasi masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara  imperialis. Segala persaingan antara negara-negara imperialis  tersebut ditambah dengan adanya aliran-aliran baru, sosialisme di Eropa dan nasionalisme di Asia, membuat makin merosotnya sinar cemerlang imperialisme kolonial bangsa barat yang dimulai pada akhir abad ke-16, telah menjadi suram. Berakhirlah hegemoni Eropa Barat di dunia dan munculah kekuatan-kekuatan baru. Menurut pendapat Tocqueville, pengarang buku tentang Amerika, yang dikutip oleh Dr. R F. Beerling dalam bukunya Pertumbuhan Dunia Modern antara lain sebagai berikut
“Dua bangsa besar yang bertolak dari pangkal yang berlainan, bergerak ke arah tujuan yang sama, yakni bangsa Rusia dan bangsa Amerika.”
“Untuk mencapai tujuannya, maka Amerika bersandar akan kekuasaan dan budi manusia perseorangan  bangsa Rusia mumutuskan seluruh kekuasaan masyarakat pada seorang-orang. Yang satu terutama mempergunakan kebebasan sebagai alat aksinya, yang lain menggunakan pengabdian, tetapi, masing-masing rupanya dipanggil oleh rencana  kodrat yang tersembunyi untuk menguasai separuh dunia kelak”
Tetap dengan munculnya negara-negara baru bekas koloni maupun  daerah pengaruh, maka timbulah pula kekuatan-kekuatan baru disamping Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memegang peranan penting dalam percaturan politik dunia.

A.  RAHASIA AFRIKA TENGAH TERBUKA

1.    David livingstone dan henry morton stanle, pembukaan rahasia “benua gelap”
Nama D. livingstone (1813-1873) menjadi terkenal dalam sejarah dunia, karena dihubungkan dengan pembukaan rahasia afrika tenga. Pada masa mudanya ia belajar ilmu klasik, obat-obatan dari theologia. Kemudia pada 1840 ia meninggalkan London, menjalankan tugas London missionary society ke afrika. Pada 1841 awal ia sampai di cafe town. Selanjutnya ia menuju ke tanah bechuana, tempat pangkalan misi yang didirikan oleh Robert Moffat. Pangkaln ini adalah pangkalan misi milik London missionary society yang terdiauh berada di tanah pedalaman.
Delapan tahun lamannya D. livingstone telah mengelolah rencannya untuk mengarungi gurun pasir Kalahari. Akhirnya ia memulain pekerjaan tersebut dan pada 1849 ia menenmukan danu ngami. Dan tahun berikutnya ia mulai dengan perjalanannya yang kedua menuju kesungai zambesi bagian hulu dan sungai congo. Berkat hubungan yang baik dengan suku-suku afrika serta kebijaksanaanya menghadapi orang-orang bushmen, livingstone berhasil dapat melintas gurun pasir tersebut tanpa terjadi insiden apapun.
Pada 1851, D. livingstone telah menempuh jarak sepanjang 200 mil ke utara. Hubungan baik dengan makololo, menyebabkan ia berhasil menemukan sungai zambesi. Tetapi tempat belum diketahuinya. Pada 1853 ia memutuskan akan melintasi benua yang masih gelap itu dengan tujuan membuka jalan perdangan kelaut atlantik. Ekspedisi ini dimulai pada tahun berikutnyamenuju kea rah barat, ke muara sungai congo. Dalam keadaan yang sulit, perlengkapan serba kurang, keseharan terganggu, ia memaksa diri untuk terus maju menuju hutan-hutan tropis dan akhirnya ia mencapai propinsi portugis, angola.
Sesudah istirahat secukupnya ditempat tersebut. Ia memulai lagi dengan perjalanan baru, ialah menuju kearah timur, ke laut hindia. Sebagian perjalan tersebut ditempuh melalui sungai, menyusuri sengai zamberi sampai muarannya. Tujuan ialah membuka jalan perdangan ke laut hindia. Dalam perjalanan ini, D. livingstone menemukan air terjun Victoria. Kemudia ia meninggalkan sungai zambesi menuju kearah timur-laut melalui tanah-tanah yang sangat kaya akan faunnya.
Pada 18656, D. livingstone kembali Zambesi untuk memangku jabatan konsul inggris dan mendapat tugas untuk melanjutkan penjelajahannya, membuka daerah-daerah baru untuk perdangan. Pada tahun berikutnya ia menghentikan dan sejak itu ia mulai bener-bener menekuni pekerjaanya sebagai seorang penjelajah. Hasil yang dicapi berupa penemuan-penemuan cukup memuaskan. Diketemukannya sungai shire, danau-danau shirwa dan nyasa, ia meletakan dasar-dasar protektorat Nyasaland. Disamping hasil-hasil tersebut, ia membuka mata dunia terhadap kengerian yang berlangsung dalam perdangan budak.
Pada 1864 ia kembali kenegrinya dan sesudah beristirahat setahun lamanya, ia berangkat lagi ke afrika untuk melakukan perjalanan. Kali ini mata liar sungai Nil yang dijadikan sasaran pekerjaanya. Ia bertolak dari Zanzibar, tetapi kemudian selama lima tahun sejak ia memulai dengan pekerjaanya itu, tidak terdengar berita tentang dirinya. Pada tahun-tahun itu ia mengembara di daerah-daerah yang terbentang luas dari Danau Nyasa ke Danau Tangayikn. Observasi yang sangat berharga dilakukan olehnya, akan tetapi pekerjaan itu mengakibatkan kesehatan jasmaninya sangat mundur. Pada 1871 ia mencapai Ujiji, dimana ia berjumpa dengan Stanley, yang pada waktu itu ditugaskan untuk mencarinya.
Henry Morton Stanley (1841-1904), pada 1871 dikirim oleh James Gordon Bennet, redaktur harian Amerika Serikat New York Herald, untuk mencari Livingstone yang pada waktu itu tidak tentu rimbannya. Stanley berangkat dari pantai Afrika sebelah timur, menyelinap menemui daerah yang berhutan rimba, berawa-rawa, bersama sekelompok kecil penunjuk jalan yang terdiri atas orang-orang Arab dan beberapa orang suku pribumi Afrika. Ketika ia berhasil menemukan D. Livingstone, maka ia bekerjasama hingga tahun 1872, melakukan penjelajahan kedaerah utara Tangayika. Kemudian mereka berpisah. Masing-masing melakukan usahannya sendirin. Livingstone mengambil arah selatan, tetapi kesehatan badannya tidak memungkinkan untuk melaksankan rencana kerjannya. Pada 1873 ia meninggal dunia.
H.M. Stanley berhasil menemukan seluruh aliran sungai Congo. Dan bagian hulu sungai itu, ia mengikuti arus yang deras, jalannya pun berbelit-belit menuju ke lautan Atlantik. Sesudah melakukan pekerjaan besar ini selama tiga tahun (1874-1877), ia kembali ke Eropa dengan membawa manuskrip tentang penemuan sungai Congo dengan maksud akan diterbitkan Through the Dark Continent          adalah buah kerja Stanley yang pertam-tama, terbit pada 1878.
Buku ini memakai sub-titel Or the Scources of the Nile round the Great Lakes of Equatorial Africa and down the Livingstone River, to the Atlantik Ocean.
Dalam tahun berikutnya Stanley melakukan penjelajahan lagi Afrika tengah. Bukunya yang berjudul the Congo, terbit pada 1885, membuka mata bangsa Eropa akan terdapatnya kekayaan yang luar biasa di Afrika bagian pedalaman. Ditambah dengan buku Livingstone antara lain: Misionary Travels in Sounth AfricaI (1857) dan The Zambesi and its Tributaries (1865) berisi pengalamannya pada waktu melakukan perjalanan pertama dan kedua, makin banyak pengetahuan orang tentang benua gelap itu. Keadaan dan kekayaan tanah-tanah tersebut yang banyak mengandung komersil, sangat menarik bagi Negara industry di dunia Barat. Mereka berebut daerah, Afrika dibagi-bagi di antara Negara imprealis itu. Mulailah sejrah yang tragis bagi bangsa Afrika. Permulaan lembaran gelap bagi penduduk pribumi sesudah “benua gelap” dibawah kearah terang.

3.      Raja Leopold II dan Congo
Di antara penguasa-penguasa Negara barat pada waktu itu, raja belgia, Leopold II, adalah satu-satunya yang telah memiliki pandangan luas tentang pentingnya eksporasi didaerah Congo yang sangat kaya itu. Ia adalah raja yang cukup cakap dan sangat besar perhatiannya terhadap terhadap kemajuan industry negrinya. Sebelum Negara-negara dikonten Eropa mengikuti politik imprealisme modern, beliau telah memiliki pendapat bahwa belgia harus mempunyai pasaran yang luas benua Eropa.
Pada 1876 “raja saudagar” ini mempunyai in isiatif untuk mendirikan suatu lembaga yang bernama International Association for the Exsploration and Civilization of Central Africa. Di kota Brussel dilangsungkan suatu konfrensi “Geografical Conference ”. di hadiri oleh oleh para ahli geografi, penjelajah dan tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai Negara Eropa. Ia tidak mengatakan kebutuhan komersil belgia tetapi ia berbicara tentang pentingnnya pekerjaan membawa penduduk Congo menjadi beradab.
Bahwa maksud utama Leopold II adalah untuk mendapatakan pasaran bagi industry dan perdangan Belgia di Afrika Tengah, Nampak jelas sekali dari tindaknnya dalam menghubungi Stanley. Ketika Stanley untuk kedua kalinya kembali ke Eropa dengan membawa Manuskripnya, Leopold mengirim utusannya untuk menemui Stanley 1878. Utusan-utusan tersebut berhasil menemukan Stanley dibandar Marseille dan minta dengan sangat agar Stanley suka menerima tugas rahasia dari raja belgia untuk kembali berjelajah didaerah Congo. Stanley menerima tawaran tersebut dan ia kembali ke Afrika atas nama “International Assocation”. Akan tetapi dihati ia mengharapkan agar tanah airnyalah yang akan memetik hasil penjelajahannya di daerah Congo itu. Dalam ontobiografinnya ia menulis sebagai berikut: “Semua ini (lembah sungai Congo) seharusnya dapat masuk daerah Britania Raya, tetapi sayang ditolak’. Memang itu politik pemerintah perdana mentri Willliam E. Gladstone belum bersifat imprealistis. Ia tidak ingin menambah beban inggris dengan mencari tambahnnya koloni. Karena pemerintahannya tidak menaruh perhatian kepada daerah-daerah yang diketemukannya, maka Stanley mengabdi pada raja Leopold II.
Pada 1878 sebuah komite didirikan sebagai cabang dari pada Association tersebut diatas, diberi nama Committee for the Study of the Upper Congo. Anggotanya terdiri atas  


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Imperialisme modern tidak selalu menggunakan senapan dan meriam dalam usahanya mempengaruhi rumah tangga orang lain, jalan yang ditempuhnya jauh lebih halus  dan lebih aman daripada yang ditempuh imperialisme tua yang cenderung menggunakan kekerasan. Pada zaman imperialisme modern lebih mengutamakan ekspor modal dan juga karena pada zaman itu semangat nasionalisme di luar Eropa makin berkobar, maka kebanyakan negara-negara kapitalis menggantikan imperialisme politik dengan imperialisme modern.
maksud utama Leopold II adalah untuk mendapatakan pasaran bagi industry dan perdangan Belgia di Afrika Tengah, Nampak jelas sekali dari tindaknnya dalam menghubungi Stanley. Ketika Stanley untuk kedua kalinya kembali ke Eropa dengan membawa Manuskripnya, Leopold mengirim utusannya untuk menemui Stanley.






DAFTAR PUSTAKA

 
Soertman Daristi.2012. Sejarah Afrika. Yogyakarta : Penerbit Ombak.