BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Separatisme merupakan suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia
(biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain
(atau suatu negara lain).
Keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991 telah mewariskan berbagai masalah
nasional bagi Negara – Negara bagian bekas negara adidaya tersebut. Dan
permasalahan yang lebih kompleks lebih dirasakan oleh Rusia dimana proses
transisi perubahan RSFSR (Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia)
menjadi Federasi Rusia menyisakan persoalan yang kapan pun bisa menjadi bom
waktu di masa mendatang.
Gerakan separatisme yang muncul
dengan memanfaatkan sentimen etnis, agama maupun ketidakadilan bisa timbul
kapan pun di republik-kesukuan yang ada di Rusia, salah satunya adalah konflik
Chechnya.
Memasuki awal abad ke 21
masalah yang dihadapi Rusia semakin rumit dan kompleks, Federasi Rusia memiliki
tugas-tugas historis-kultural untuk tetap mempertahankan high profile sebagai
warisan dari dua kekuatan yang disegani dunia pada masa yang berbeda, deng
Situasi politikan tantangan zaman yang lebih kompleks.
Masalah terorisme dan
ekstrimisme internasional, termasuk didalamnya separatisme merupakan masalah
yang mendapat perhatian serius
pemerintah Federasi Rusia.
Untuk mengantisipasi
berbagai tantangan di atas, pemerintah Rusia telah menetapkan konsep kebijakan
internasional, konsep keamanan dan doktrin militer yang diarahkan untuk menjaga
kepentingan nasionalnya dari potensi ancaman disintegrasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana permasalahan yang terjadi di Checnya?
2.
Apa arti penting
Chechnya bagi Rusia?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui permasalahan Rusia dengan
Checnya.
2. Untuk mengetahui arti penting Chechnya bagi
Rusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
MASALAH
CHECNYA
A.
Wilayah Chechnya
Chechnya merupakan
salah satu dari 21 negara bagian Republik Federasi Rusia dimana secara
administratif memperoleh otonomi penuh Rusia. Letaknya di sebelah timur wilayah
Kaukasia Utara atau sebelah barat daya wilayah Rusia. Negara Chechnya
berbatasan langsung dengan wilayah Stavropol di sebelah barat laut, Republik
Dagestan di sebelah timur laut, Georgia di selatan, dan Republik Ingushetia di
sebelah barat. Chechnya dihuni oleh etnis Chechen yang mayoritas merupakan Umat
Islam.
Rakyat Chechen
merupakan pejuang tangguh, dimana selama lebih 200 tahun berjuang menanti
kemerdekaan dari penjajahan Rusia. Pola hidup masyarakat Chechnya merupakan
pola hidup masyarakat secara Islam. Hukum Islam ditegakkan dalam segala aspek
kehidupan. Propaganda komunisme, marxisme yang dilancarkan dari Uni Soviet
waktu itu pun tidak berpengaruh di Chechnya, karena memang masyarakat telah
mendarah daging dengan Islam waktu itu. Namun, perkembangan Islam yang pesat
ini kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan
mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya.
Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan
menjalankan syariat Islam dalam kehidupan.
Tekanan yang diberikan
Rusia kemudian terus berlanjut pasca Perang Dunia II ketika rakyat Chechnya
dituduh sebagai penghianat Rusia dalam melawan invasi Nazi Jerman yang masuk
Rusia. Padahal ketika itu, rakyat Chechnya ikut serta dalam barisan tentara
merah Rusia melawan invasi Nazi Jerman yang masuk Kaukasus. Pihak Kremlin
kemudian menjatuhkan hukuman kepada rakyat Chechnya pada 23 Februari 1944
berupa pendeportasian massal dari kampung halamannya menuju ke tempat yang
tersebar di wilayah Asia Tengah. Cara pendeportasian ini juga dilakukan dengan
cara yang tidak manusiawi dimana rakyat Chechnya dimasukkan dalam box gerbong
kereta api secara berdesakan sehingga banyak yang sakit dan tewas selama
perjalanan pengasingan tersebut. Rumah dan Masjid yang selama ini mereka
tinggali di Chechnya kemudian dibuldozer dan dihancurkan oleh pemerintah
Soviet.
B.
Separatisme
dan Terorisme Internasional
Perang Chechnya Pertama (1994-1996) meletus ketika
Moskow tidak berhasil menjinakkan keinginan Grozny yang ingin memisahkan diri
dari Federasi Rusia. Ketika Uni Soviet bubar, Republik Chechnya termasuk bagian
dari 89 Subjek Federasi. Sementara itu kekuatan setempat di bawah pimpinan
Dzokhar Dudayev menginginkan Chechnya berdiri sendiri sebagai sebuah negara
berdaulat dan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 1 November 1991
dengan nama Republik Ichkeria.
Periodisasi awal
terbentuknya sebuah negara baru selalu dilalui oleh konflik dan ketidakstabilan
domestik. Hal ini juga terjadi di Negara Chechnya. Tahun 1991-1994 adalah
periode konflik internal Chechnya antara pendukung Presiden Dzhokhar Dudayev
dan kelompok oposisi. Terjadi kerusuhan dimana-mana dan kemudian menyebabkan
perginya etnis Rusia dan beberapa rakyat Chechen keluar wilayah Chechnya.
Perekonomian dan industri pun banyak yang macet karena banyaknya Insinyur yang
pergi untuk menyelamatkan diri. Konflik dan kerusuhan inilah yang kemudian
menjadikan alasan Federasi Rusia untuk mengeluarkan kebijakan untuk mengirim
pasukan ke Chechnya dengan dalih meredakan konflik. Padahal, kerusuhan di
Chechnya yang disebabkan kelompok oposisi Dudayev ini merupakan kelompok yang
didukung dan didanai Rusia sendiri. Namun, upaya kelompok oposisi yang didukung
penuh Rusia ini selalu gagal menurunkan Presiden Dudayev.
Presiden Boris Yeltsin mengeluarkan maklumat pada 15
Desember 1994 agar penduduk Chechnya tak mendukung “gerombolan” yang dipimpin Dzokhar Dudayev. Maklumat itu kurang
menuai hasil akibat kuatnya pengaruh kepemimpinan Dudayev terhadap masyarakat
setempat.
Akibatnya Moskow menyerang Chechnya setelah Grozny
tak mengindahkan seruan Boris Yeltsin tersebut. Perang pun tak dapat dielakkan
dan meluluhlantakkan infrastruktur Chechnya dan menelan puluhan ribu masyarakat
sipil. Akibat banyaknya korban di kalangan sipil Moskow menyetujui diambilnya
langkah diplomatis dengan ditandatanganinya Perjanjian Kasavyurt tahun 1996.
Perang Chechnya I yang telah menelan ribuan korban
dari kedua belah pihak berhasil dipadamkan, namun suasana damai itu hanya
sesaat. Beberapa insiden yang terjadi di Dagestan, sebuah republik tetangga
Chechnya telah memicu berkobarnya bara perang yang tak sempurna dipadamkan.
Gerakan separatisme Checnya menjadi isu dunia
setelah anasir-ansir terorisme internasional tercium di sana. Rusia
menilai bahwa wilayah Kaukasus utara
telah menjadi sarang terorisme internasional yang melibatkan para penjahat
transnasional termasuk Khattab dan Osama
bin Laden.
Kelompok gerakan separatis
Chechnya merupakan kelompok etnis Chechnya yang menuntut kedaulatan dan
kemerdekaan wilayahnya dari bagian Republik Federasi Rusia. Upaya-upaya yang
dilakukan merupakan bagian dari resistensi yang berumur ratusan tahun lamanya
dan buntut dari ketidakpuasan atas kebijakan Rusia terhadap etnis mereka. Upaya
Rusia sebagai sebuah bangsa dalam mempertahankan wilayahnya Dalam menangani konflik di Chechnya, Rusia
tidak segan – segan mengambil langkah yang represif untuk segera menyelesaikan
masalahnya dengan separatis Checnya. Langkah – langkah ini lah yang menjadi
masalah karena melanggar aturan internasional, seperti pelanggaran HAM berat,
pelanggaran perang, dll.
Menghadapi gerakan terorisme internasional Rusia
mengeluarkan segenap kekuatan, termasuk kekuatan militer untuk menggempur
Gronzy dengan segala kemampuan militernya.
C. Upaya yang dilakukan pemerintah
Rusia untuk mempertahankan Chenchnya
Upaya Rusia untuk menghadapi perang Chechnya I adalah dengan
mengandalkan pasukan dalam jumlah besar, dan persenjataan yang super canggih.
Sedangkan, upaya pejuang Chechnya untuk mempertahankan negara mereka hanya
menggunakan sejata apa adanya, yang mayoritas adalah peninggalan pasukan Rusia
di tahun 1993 yang meninggalkan Chechnya pasca keruntuhan Uni Soviet. Bagi
pejuang Chechnya, yang terpenting adalah pada mental bertempur dan semangat
jihad yang tinggi, kedisiplinan, dan taktik strategi jitu yang akan membawa
mereka pada kemenangan.
Rusia menurunkan 24.000 personil militer, dimana terdiri dari 19.000
personil dari Angkatan Darat Rusia, dan 4.700 personil dari Kementerian Dalam
Negeri (MVD). Pembagian tentara tersebut adalah menjadi 34 batalyon infantri,
yaitu 5 batalyon infantri bermotor (motorized riffle), 2 batalyon tank, 7
batalyon lintas udara (airborne), dan 20 batalyon infantri MVD. Mereka
dilengkapi 80 tank, 208 ranpur lapis baja seri BMP, dan 182 pucuk meriam
artileri howitzer dan mortar serta 90 helikopter tempur. Menteri Pertahanan
Rusia, Pavel Grachev mengatakan bahwa ini akan menjadi “Blitzkrieg” paling
berdarah yang akan berakhir paling lambat 20 Desember 1994. Strategi pasukan Rusia saat menyerang Chechnya adalah
berpencar menjadi tiga pasukan, dan kemudian bersama menyerang dari tiga sisi
wilayah Chechnya. Masing-masing grup pasukan bergerak dari Vladikavkaz dipimpin
Letnan Jenderal Chindarov, dari Mozdok dipimpin Letnan Jenderal V. M.
Chilindin, dan dari Kizlyar yang dipimpin Letnan Jenderal Lev Roklin. Tujuan
penyerangan dari tiga sisi ini adalah untuk mengepung wilayah Chechnya agar
pejuang Chechen tidak ada yang bisa meloloskan diri. Akhir Desember 1994,
pengepungan dan blokade pasukan Rusia ditujukan di Kota Grozny.
D. Kendala yang
dihadapi Rusia dalam menghadapi gerakan separatism Chenchnya
1. Ikatan Agama
Dalam
pergerakan etnonasionalisme di Chechnya, agama memiliki peran
yang besar sehingga
tercipta suatu masyarakat yang kuat dalam satukesatuan. Duta Besar Rusia untuk
Indonesia, Alexander Ivanov, mengatakan bahwa maraknya terorisme adalah karena
hubungan para pemberontak dengan militan Afghanistan dan Pakistan Utara. Mereka
menerima pembekalan di kedua negara ini, baik itu dalam jumlah pasukan maupun
bantuan dana, maka dari itulah diperlukan kerjasamainternasional untuk
membendung semakin banyaknya militan Chechnya.
Hal ini membuktikan bahwa beberapa
kelompok Islam memiliki konektivitas keagamaan yang kuat hingga menyulitkan
Rusia untuk memberantas kelompok separatis Chechnya tersebut. Terlebih lagi
Daulah Islam sudah diikrarkan kelompok separatis Chechnya yang menandakan bahwa
kelompok Islam yang menginginkan kemerdekaan sudah kembali bersatu dan
mempunyai tujuan yang sama. Melihat perkembangan Islam di Rusia, bukan hal yang
tidak mungkin Islam akan besar di Rusia, warga muslim tidak hanya berada di
Chechnya saja tetapi sudah masuk ke Rusia dan Negara bagian lainnya.
2.
Kecaman
dari organisasi Internasional
Kebijakan yang
dilakukan Putin, menurut data dari Amnesti Internasional pada tahun 2006, terhadap
Chechnya dapat membawa dirinya ke sidang mahkamah internasional atas upaya
pembersihan etnik, dalam hal ini kejahatan Putin hampir sama dengan apa yang
dilakukan oleh Adolf Hitler dan Slobodan Milosevic.
Kerjasama yang dilakukan oleh Putin dan
mendiang Kadyrov mengenai penjagaan stabilitas wilayah Chechnya dan kawasan di
sekitarnya, merupakan titik balik kebijakan brutal Putin di Chechnya tercatat
telah terjadi 82 kasus kriminal yang dilakukan oleh para tentara Rusia, salah
satu kasus yang paling diingat oleh dunia internasional 89 adalah kasus yang
menimpa Elza Kungayeva pada Maret 2000
3.
Kecaman
dari organisasi Nasional
Selain
mendapat kecaman dari dunia internasional terkait usaha Putin dalam mengatasi
pemberontakan di Chechnya, Putin juga mendapat kecaman dari beberapa organisasi
dalam wilayah Rusia, seperti dari sekelompok aktivis HAM yang mendesak presiden
Rusia Vladimir Putin untuk segera mengatasi konflik Chechnya dengan jalan
negoisasi dan tanpa harus menggunakan jalan perang. Sergei Kovalyov, seorang
tokoh pelopor HAM Soviet, yang dalam aksinya mewakili Komisi Penyelesaian
Perang dan Restorasi Perdamaian di Chechnya bukan hanya mencoreng wajah Rusia,
tapi juga mencoreng wajah seluruh komunitas internasional.
2.
ARTI
PENTING CHECHNYA
Posisi
geografis Chechnya yang terletak di bagian utara kawasan Kaukasus menempatkan
Republik ini pada posisi strategis pada kekeuatan ekonomi dan geopolitik Rusia.
Jalur pipa minyak (yang yang menuju ke laut Hitam, termasuk jalur dari sumber
minyak Tengisk) merupakan jalur terbesar di CIS. Sementara itu kualitas minyak
Rusia dalam perdagangan minyak dunia dinilai cukup tinggi. Sumber minyak yang
cukup potensial ini akhirnya menjadi salah satu pemicu konflik antara para
pemimpin Moskow dan Grozny.
Sementara
itu lepasnya Chechnya bakal menganggu keutuhan integritas Rusia dan merusak
tatanan geopolitik di wilayah Selatan Rusia. Sebagaimana diketahui Chechnya
terletak di daerah Kaukasus berbatasan dengan Georgia dan Azerbaijan, yang
memeberikan akses ke Laut Kaspia dan Laut Hitam. Posisi penting itu bisa jadi
menjadi pertaruhan bagi Rusia, terlebih untuk mengantisipasi perluasan NATO ke
Timur, termasuk ke negara bekas Uni Soviet seperti Georgia.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik yang mewarnai Rusia dan, Checnya awalnya adalah, perkembangan Islam yang pesat di Chechnya
kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan
mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya.
Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan
menjalankan syariat Islam dalam kehidupan. dan perebutan lahan antara Rusia dan
Checnya karena Chechnya merupakan negara yang strategis dari segi Ekonomi.
Namun, terlepas dari apapun yang melatar belakangi konflik
berkepanjangan di Chechnya tersebut rakyatlah yang selalu pertama kali menjadi
korban.
DAFTAR
PUSTAKA
ü A.Fahrurodji.
2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
ü Subiakto
Ari. 2010. “Perang Chechnya”.
ü www.
Google.com
ü www.
Wikipedia. Com
wah,,spertinya ini makalah yg dipresentasikan,,oke makasih ya.oya,,color font diganti lebih terang neng,biar keliatan.
BalasHapus