Minggu, 16 Juni 2013

SEPARATISME CECHNYA DI RUSIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Separatisme merupakan suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu negara lain).
Keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991 telah mewariskan berbagai masalah nasional bagi Negara – Negara bagian bekas negara adidaya tersebut. Dan permasalahan yang lebih kompleks lebih dirasakan oleh Rusia dimana proses transisi perubahan RSFSR (Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia) menjadi Federasi Rusia menyisakan persoalan yang kapan pun bisa menjadi bom waktu di masa mendatang.
 Gerakan separatisme yang muncul dengan memanfaatkan sentimen etnis, agama maupun ketidakadilan bisa timbul kapan pun di republik-kesukuan yang ada di Rusia, salah satunya adalah konflik Chechnya.

Memasuki awal abad ke 21 masalah yang dihadapi Rusia semakin rumit dan kompleks, Federasi Rusia memiliki tugas-tugas historis-kultural untuk tetap mempertahankan high profile sebagai warisan dari dua kekuatan yang disegani dunia pada masa yang berbeda, deng Situasi politikan tantangan zaman yang lebih kompleks.

Masalah terorisme dan ekstrimisme internasional, termasuk didalamnya separatisme merupakan masalah yang mendapat perhatian  serius pemerintah Federasi Rusia.
Untuk mengantisipasi berbagai tantangan di atas, pemerintah Rusia telah menetapkan konsep kebijakan internasional, konsep keamanan dan doktrin militer yang diarahkan untuk menjaga kepentingan nasionalnya dari potensi ancaman disintegrasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  permasalahan yang terjadi di Checnya?
2.      Apa arti penting Chechnya bagi Rusia?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui permasalahan Rusia dengan Checnya.
2.    Untuk mengetahui arti penting Chechnya bagi Rusia.





BAB II
PEMBAHASAN

1.      MASALAH CHECNYA

A.    Wilayah  Chechnya
Chechnya merupakan salah satu dari 21 negara bagian Republik Federasi Rusia dimana secara administratif memperoleh otonomi penuh Rusia. Letaknya di sebelah timur wilayah Kaukasia Utara atau sebelah barat daya wilayah Rusia. Negara Chechnya berbatasan langsung dengan wilayah Stavropol di sebelah barat laut, Republik Dagestan di sebelah timur laut, Georgia di selatan, dan Republik Ingushetia di sebelah barat. Chechnya dihuni oleh etnis Chechen yang mayoritas merupakan Umat Islam.

Rakyat Chechen merupakan pejuang tangguh, dimana selama lebih 200 tahun berjuang menanti kemerdekaan dari penjajahan Rusia. Pola hidup masyarakat Chechnya merupakan pola hidup masyarakat secara Islam. Hukum Islam ditegakkan dalam segala aspek kehidupan. Propaganda komunisme, marxisme yang dilancarkan dari Uni Soviet waktu itu pun tidak berpengaruh di Chechnya, karena memang masyarakat telah mendarah daging dengan Islam waktu itu. Namun, perkembangan Islam yang pesat ini kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya. Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan.

Tekanan yang diberikan Rusia kemudian terus berlanjut pasca Perang Dunia II ketika rakyat Chechnya dituduh sebagai penghianat Rusia dalam melawan invasi Nazi Jerman yang masuk Rusia. Padahal ketika itu, rakyat Chechnya ikut serta dalam barisan tentara merah Rusia melawan invasi Nazi Jerman yang masuk Kaukasus. Pihak Kremlin kemudian menjatuhkan hukuman kepada rakyat Chechnya pada 23 Februari 1944 berupa pendeportasian massal dari kampung halamannya menuju ke tempat yang tersebar di wilayah Asia Tengah. Cara pendeportasian ini juga dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi dimana rakyat Chechnya dimasukkan dalam box gerbong kereta api secara berdesakan sehingga banyak yang sakit dan tewas selama perjalanan pengasingan tersebut. Rumah dan Masjid yang selama ini mereka tinggali di Chechnya kemudian dibuldozer dan dihancurkan oleh pemerintah Soviet.





B.       Separatisme dan Terorisme Internasional

Perang Chechnya Pertama (1994-1996) meletus ketika Moskow tidak berhasil menjinakkan keinginan Grozny yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia. Ketika Uni Soviet bubar, Republik Chechnya termasuk bagian dari 89 Subjek Federasi. Sementara itu kekuatan setempat di bawah pimpinan Dzokhar Dudayev menginginkan Chechnya berdiri sendiri sebagai sebuah negara berdaulat dan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 1 November 1991 dengan nama Republik Ichkeria.

Periodisasi awal terbentuknya sebuah negara baru selalu dilalui oleh konflik dan ketidakstabilan domestik. Hal ini juga terjadi di Negara Chechnya. Tahun 1991-1994 adalah periode konflik internal Chechnya antara pendukung Presiden Dzhokhar Dudayev dan kelompok oposisi. Terjadi kerusuhan dimana-mana dan kemudian menyebabkan perginya etnis Rusia dan beberapa rakyat Chechen keluar wilayah Chechnya. Perekonomian dan industri pun banyak yang macet karena banyaknya Insinyur yang pergi untuk menyelamatkan diri. Konflik dan kerusuhan inilah yang kemudian menjadikan alasan Federasi Rusia untuk mengeluarkan kebijakan untuk mengirim pasukan ke Chechnya dengan dalih meredakan konflik. Padahal, kerusuhan di Chechnya yang disebabkan kelompok oposisi Dudayev ini merupakan kelompok yang didukung dan didanai Rusia sendiri. Namun, upaya kelompok oposisi yang didukung penuh Rusia ini selalu gagal menurunkan Presiden Dudayev.

Presiden Boris Yeltsin mengeluarkan maklumat pada 15 Desember 1994 agar penduduk Chechnya tak mendukung “gerombolan” yang dipimpin Dzokhar Dudayev. Maklumat itu kurang menuai hasil akibat kuatnya pengaruh kepemimpinan Dudayev terhadap masyarakat setempat.

Akibatnya Moskow menyerang Chechnya setelah Grozny tak mengindahkan seruan Boris Yeltsin tersebut. Perang pun tak dapat dielakkan dan meluluhlantakkan infrastruktur Chechnya dan menelan puluhan ribu masyarakat sipil. Akibat banyaknya korban di kalangan sipil Moskow menyetujui diambilnya langkah diplomatis dengan ditandatanganinya Perjanjian Kasavyurt tahun 1996.

Perang Chechnya I yang telah menelan ribuan korban dari kedua belah pihak berhasil dipadamkan, namun suasana damai itu hanya sesaat. Beberapa insiden yang terjadi di Dagestan, sebuah republik tetangga Chechnya telah memicu berkobarnya bara perang yang tak sempurna dipadamkan.

Gerakan separatisme Checnya menjadi isu dunia setelah anasir-ansir terorisme internasional tercium di sana. Rusia menilai  bahwa wilayah Kaukasus utara telah menjadi sarang terorisme internasional yang melibatkan para penjahat transnasional  termasuk Khattab dan Osama bin Laden.

Kelompok gerakan separatis Chechnya merupakan kelompok etnis Chechnya yang menuntut kedaulatan dan kemerdekaan wilayahnya dari bagian Republik Federasi Rusia. Upaya-upaya yang dilakukan merupakan bagian dari resistensi yang berumur ratusan tahun lamanya dan buntut dari ketidakpuasan atas kebijakan Rusia terhadap etnis mereka. Upaya Rusia sebagai sebuah bangsa dalam mempertahankan wilayahnya Dalam menangani konflik di Chechnya, Rusia tidak segan – segan mengambil langkah yang represif untuk segera menyelesaikan masalahnya dengan separatis Checnya. Langkah – langkah ini lah yang menjadi masalah karena melanggar aturan internasional, seperti pelanggaran HAM berat, pelanggaran perang, dll.

Menghadapi gerakan terorisme internasional Rusia mengeluarkan segenap kekuatan, termasuk kekuatan militer untuk menggempur Gronzy dengan segala kemampuan militernya.




C.  Upaya yang dilakukan pemerintah Rusia untuk mempertahankan Chenchnya

Upaya Rusia untuk menghadapi perang Chechnya I adalah dengan mengandalkan pasukan dalam jumlah besar, dan persenjataan yang super canggih. Sedangkan, upaya pejuang Chechnya untuk mempertahankan negara mereka hanya menggunakan sejata apa adanya, yang mayoritas adalah peninggalan pasukan Rusia di tahun 1993 yang meninggalkan Chechnya pasca keruntuhan Uni Soviet. Bagi pejuang Chechnya, yang terpenting adalah pada mental bertempur dan semangat jihad yang tinggi, kedisiplinan, dan taktik strategi jitu yang akan membawa mereka pada kemenangan.
Rusia menurunkan 24.000 personil militer, dimana terdiri dari 19.000 personil dari Angkatan Darat Rusia, dan 4.700 personil dari Kementerian Dalam Negeri (MVD). Pembagian tentara tersebut adalah menjadi 34 batalyon infantri, yaitu 5 batalyon infantri bermotor (motorized riffle), 2 batalyon tank, 7 batalyon lintas udara (airborne), dan 20 batalyon infantri MVD. Mereka dilengkapi 80 tank, 208 ranpur lapis baja seri BMP, dan 182 pucuk meriam artileri howitzer dan mortar serta 90 helikopter tempur. Menteri Pertahanan Rusia, Pavel Grachev mengatakan bahwa ini akan menjadi “Blitzkrieg” paling berdarah yang akan berakhir paling lambat 20 Desember 1994. Strategi pasukan Rusia saat menyerang Chechnya adalah berpencar menjadi tiga pasukan, dan kemudian bersama menyerang dari tiga sisi wilayah Chechnya. Masing-masing grup pasukan bergerak dari Vladikavkaz dipimpin Letnan Jenderal Chindarov, dari Mozdok dipimpin Letnan Jenderal V. M. Chilindin, dan dari Kizlyar yang dipimpin Letnan Jenderal Lev Roklin. Tujuan penyerangan dari tiga sisi ini adalah untuk mengepung wilayah Chechnya agar pejuang Chechen tidak ada yang bisa meloloskan diri. Akhir Desember 1994, pengepungan dan blokade pasukan Rusia ditujukan di Kota Grozny.

D.       Kendala yang dihadapi Rusia dalam menghadapi gerakan separatism Chenchnya
1.      Ikatan Agama
Dalam pergerakan etnonasionalisme di Chechnya, agama memiliki peran
yang besar sehingga tercipta suatu masyarakat yang kuat dalam satukesatuan. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov, mengatakan bahwa maraknya terorisme adalah karena hubungan para pemberontak dengan militan Afghanistan dan Pakistan Utara. Mereka menerima pembekalan di kedua negara ini, baik itu dalam jumlah pasukan maupun bantuan dana, maka dari itulah diperlukan kerjasamainternasional untuk membendung semakin banyaknya militan Chechnya.

Hal ini membuktikan bahwa beberapa kelompok Islam memiliki konektivitas keagamaan yang kuat hingga menyulitkan Rusia untuk memberantas kelompok separatis Chechnya tersebut. Terlebih lagi Daulah Islam sudah diikrarkan kelompok separatis Chechnya yang menandakan bahwa kelompok Islam yang menginginkan kemerdekaan sudah kembali bersatu dan mempunyai tujuan yang sama. Melihat perkembangan Islam di Rusia, bukan hal yang tidak mungkin Islam akan besar di Rusia, warga muslim tidak hanya berada di Chechnya saja tetapi sudah masuk ke Rusia dan Negara bagian lainnya.

2.      Kecaman dari organisasi Internasional
Kebijakan yang dilakukan Putin, menurut data dari Amnesti Internasional pada tahun 2006, terhadap Chechnya dapat membawa dirinya ke sidang mahkamah internasional atas upaya pembersihan etnik, dalam hal ini kejahatan Putin hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Adolf Hitler dan Slobodan Milosevic.
Kerjasama yang dilakukan oleh Putin dan mendiang Kadyrov mengenai penjagaan stabilitas wilayah Chechnya dan kawasan di sekitarnya, merupakan titik balik kebijakan brutal Putin di Chechnya tercatat telah terjadi 82 kasus kriminal yang dilakukan oleh para tentara Rusia, salah satu kasus yang paling diingat oleh dunia internasional 89 adalah kasus yang menimpa Elza Kungayeva pada Maret 2000

3.      Kecaman dari organisasi Nasional
Selain mendapat kecaman dari dunia internasional terkait usaha Putin dalam mengatasi pemberontakan di Chechnya, Putin juga mendapat kecaman dari beberapa organisasi dalam wilayah Rusia, seperti dari sekelompok aktivis HAM yang mendesak presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera mengatasi konflik Chechnya dengan jalan negoisasi dan tanpa harus menggunakan jalan perang. Sergei Kovalyov, seorang tokoh pelopor HAM Soviet, yang dalam aksinya mewakili Komisi Penyelesaian Perang dan Restorasi Perdamaian di Chechnya bukan hanya mencoreng wajah Rusia, tapi juga mencoreng wajah seluruh komunitas internasional.

2.      ARTI PENTING CHECHNYA

Posisi geografis Chechnya yang terletak di bagian utara kawasan Kaukasus menempatkan Republik ini pada posisi strategis pada kekeuatan ekonomi dan geopolitik Rusia. Jalur pipa minyak (yang yang menuju ke laut Hitam, termasuk jalur dari sumber minyak Tengisk) merupakan jalur terbesar di CIS. Sementara itu kualitas minyak Rusia dalam perdagangan minyak dunia dinilai cukup tinggi. Sumber minyak yang cukup potensial ini akhirnya menjadi salah satu pemicu konflik antara para pemimpin Moskow dan Grozny.

Sementara itu lepasnya Chechnya bakal menganggu keutuhan integritas Rusia dan merusak tatanan geopolitik di wilayah Selatan Rusia. Sebagaimana diketahui Chechnya terletak di daerah Kaukasus berbatasan dengan Georgia dan Azerbaijan, yang memeberikan akses ke Laut Kaspia dan Laut Hitam. Posisi penting itu bisa jadi menjadi pertaruhan bagi Rusia, terlebih untuk mengantisipasi perluasan NATO ke Timur, termasuk ke negara bekas Uni Soviet seperti Georgia.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Konflik yang mewarnai Rusia dan, Checnya awalnya adalah, perkembangan Islam yang pesat di Chechnya kemudian mendapatkan tekanan dari Pemerintah Uni Soviet waktu itu dengan mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis masuk ke wilayah Chechnya. Ditambah dengan larangan masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam dan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan. dan perebutan lahan antara Rusia dan Checnya karena Chechnya merupakan negara yang strategis dari segi Ekonomi.
Namun, terlepas dari apapun yang melatar belakangi konflik berkepanjangan di Chechnya tersebut rakyatlah yang selalu pertama kali menjadi korban.





DAFTAR PUSTAKA
ü  A.Fahrurodji. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
ü  Subiakto Ari. 2010. “Perang Chechnya”. 
ü  www. Google.com
ü  www. Wikipedia. Com


1 komentar:

  1. wah,,spertinya ini makalah yg dipresentasikan,,oke makasih ya.oya,,color font diganti lebih terang neng,biar keliatan.

    BalasHapus