BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Afrika adalah benua terbesar di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah
dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya
tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti
tentang kekayaan alam Afrika.
Setelah
penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka
rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika
beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa
mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika.
Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat
berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai
potensi komersial Dari sinilah dimulai
lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan
imperialisme bangsa barat.
B.
Rumusan
Masalah
A. Apa
Imperialisme Modern itu?
B. Bagaimana
Rahasia Afrika Tengah terbongkar?
C.
Tujuan
Masalah
A. Untuk
mengetahui imperialisme modern.
B. Untuk
mengetahui sebab Afrika Tengah terbongkar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMPERIALISME MODERN
1.
Sejarah
dan arti Imperialisme
Imperialisme
adalah sebuah kata buatan dari bahasa latin, imperium yang berarti perintah,
kemudian berubah arti menjadi hak memerintah atau kekuasaan memerintah. Arti
inipun mengalami perubahan lagi, menjadi daerah dimana kekuasaan memerintah itu
dilakukan.
Menurut
Dr. J Bartstra Imperialisme adalah usaha untuk mempererat kembali perhubungan
antara daerah-daerah jajahan inggris dengan negeri induk, baik dengan
mengadakan hubungan kultural, persatuan bea, maupun dengan mengadakan
perjanjian-perjanjian politik dan militer.
Selanjutnya
Bartstra memberi penjelasan akan adanya perubahan arti mengenai istilah
imperialisme itu sebagai berikut :
“Sekarang
berarti usah bangsa Inggris yang akan memberi pengulasan daerah yang lebih
besar kepada kerajaan”, baik dengan cara menaklukan negri-negri jatuh ketangan
negara saingannya-maupun dengan merampas daerah-daerah yang dapat dijadikan
pasaran yang baik atau tempat yang dapat memberi baan-bahan pokok untuk industri-industri
dalam negri, yang justru pada waktu itu mulai menderita karena saingan luar
negri”.
Pada
zaman modern sejak kira-kira dua puluh tahun menjelang berakhirnya abad ke 19,
imperialisme imperialisme masih tetap bertakhta dan disebut imperialisme modern.
Pada dasarnya isi imperialisme modern dan imperialisme tua tidak berbeda,
sedang perbedaan antara kedua macam imperialisme itu hanyalah terdapat dalam bentuk dan iramanya
saja.
Seperti
Bartstra yang memberi arti bahwa imperialisme adalah suatu ekspansi kolonial
yang tidak dikendalikan, maka terdapat pula ahli-ahli lain yang mengemukakan
pendapat serupa. J.Schumpeter, misalnya, mengatakan “imerperialisme adalah
suatu kecendrungan daripada suatu negara untuk melakukan ekspansi, yang tidak
terbatas dengan meggunakan kekasaran”. Juga Bouman berpendapat “imperialisme
adalah hasrat untuk melakukan ekspansi yang tidak terbatas, apabila perlu
dengan kekerasan”. Berdasar pendapat tiga orang ahli tersebut, maka
imperialisme berarti nafsu suatu negara untuk melakukan ekspansi yang tidak
dikendalikan keluar batas-batas negerinya.
Imperialisme
berarti pula suatu politik yang berusaha menjamin keselamatan negerinya dengan cara memiliki batasan-batasan alam,
pelabuhan-pelabuhan bebas dan menguasai negeri-negeri sekitarnya untuk
dijadikan vasal-vasal. Imperialisme semacam ini disebut imperialisme
kontinental yang mula-mula bersifat defensif, tetapi kemudian menjadi agresif.
Tujuannya ialah untuk mendapatkan kedudukan yang paling depan dan berkuasa di
benuanya.
Apabila daerah pengaruh Imperialisme
kontinental itu dipersempit, maka akan timbul imperialisme lokal, yang
ditujukan untuk menguasai daerah-daerah disekitarnya. Perbedaan antara
Imperialisme lokal-kontinental dan tak terbatas. Jika Imperialisme lokl dapat
mencapai hasil yang gemilang, ia akan berubah menjadi imperialisme kontinental
dan selanjutnya dari imperialisme kontinental dapat berubah menuju ke arah
imperialisme tak terbatas.
Disamping
imperialisme kontinental ada pula imperialisme kolonial. ketika abad ke 16 dan
17 makinbesarlah jumlah orang Eropa yang tertarik ntuk mengunjungi tanh-tanah
yang penuh bermandikan sinar matahari dengan maksud untuk mengadu keuntungan.
Dan biasanya kedatangan mereka dibarengi dengan penaklukan dan penguasaan
terhadap tanah atau penduduk bumi putra dan negeri Inggris menjalankan
imperialisme kolonial dalam waktu yang lama.
Akar
imperialisme terdapat pada barang-barang yang berlebihan kaum sosial Demokrat berpendapat
bahwa imperialisme ada suatu konsikuensi daripada sisterm produksi kapitalis
selain itu Lenin juga mengidentifikasikan imperialisme dengan kapitalisme ia
menerangkan ciri-ci pokok imperialisme ada lima macam, ialah :
1. Pemutusan
produksi dan modal, yang telah mencapai tingkat perkembangan yang jauh, dengan
mengadakan monopoli-monopoli yang akan memegang peranan dalam kehidupan ekonomi
dan menentukan.
2. Peleburan
modal bank dengan modal industri dan adanya oligarkhi keuangan dengan dasar
“kapitalisme keuangan”.
3. Ekspor
modal dibedakan dari ekspor barang-barang dan mempunyai arti yang besar dan
istimewa.
4. Terbentuknya
persekutuan-persekutuan kapitalis internasional yang melakukan monopoli dengan
mengadakan pembagian dunia untuk golongan mereka.
5. Pembagian
tanah di dunia di antara negara-negara kapitalis besar telah dilaksanakan.
Pendapat
lain mengatakan : “Imperialisme adalah suatu usaha untuk mencapai pengaruh
dalam lapangan politik dan ekonomi serta posisi-posisi kekuasaan dengan memakai
titik-tolak dan tujuan mengekspor kapital dalam bentuk uang (peminjaman) dan
dalam bentuk alat-alat produksi ataupun menguasai bahan-bahan baku yang
terpenting.
Ir.
Soekarno berpendapat : “Imperialisme adalah suatu keharusan yang ditentukan
oleh tinggi-rendahnya ekonomi sesuatu pergaulan hidup. Imperialisme bukan saja
sistem atau nafsu menaklukkan negeri dan bangsa lain, tetapi imperialisme dapat
juga hanu sistya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain.
2.
Industrialisme,Kapitalisme
dan Imprialisme modern
Negara
yang mula-mula melakukan industrialisasi adalah Inggris. Sejak pada pertengahan
abad ke-18, masyarakat Inggris telah memiliki kekuatan-kekuatan potensial untuk
mengadakan suatu revolusi industri. Perpaduan antara pendapatan-pendapatan baru
dengan faktor-faktor produksi yang cukup tersedia ditambah dengan tanah jajahan
yang cukup luas sebagai tempat penampungan hasil produksi, berhasil dapat
mengubah Inggris yang agraris menjadi negeri industri. Pendapatan baru dalam
abad ke-19 yang meliputi lalu-lintas, seperti kapal kincir, kapal besi,
lokomotif, jalan kereta-api, telegrap elektro magnetis sangat menguntukan bagi
perkembangan suatu negara industri.
Ketika
baru Inggris saja satu-satunya negera industri, tidak timbul kesukaran dalam
mendapatkan pasaran dan bahan-pokok bagi industrinya. Seluruh kontinen Eropa
dan jajahan Inggris ditambah sisa bagian dunia lainnya adalah daerah pelempar
produksi Inggris. Perdagangan dunia dimonopolinya. Saingan negara lain belum
ada, karena negara-negara lain tersebut baru. Akan tetapi revolusi industri itu
merembas pula keluar tanah Inggris pada kira-kira 1875 negara-negara Eropa
Barat. Setiap negara industri baru memebutuhkan konsumen-konsumen bagi hasil
industrinya . Untuk memmberi hak hidup pada “industri muda”, maka masing-masing
negara industri muda itu menutup pintu bagi barang-barang buatan Inggris..
Penduduk di negeri sendiri diusahakan
untuk menjadi pemakai buatan Inggris.
Makin
berkembangnya industri-industri besar itu, makin mendesak kebutuhan untuk
melakukan ekspor hasil produksi dan disamping itu juga makin bergantuk kepada
bahan-bahan mentah yang diimpor dari negeri lain.
Selain
industrialisasi, juga kapitalisme modern merupakan faktor ekonomi yang
mengakibtkan timbulnya imperialisme modern, Kapitalisme dibedakan antara
kapitalisme tua dan kapitalisme modern. Pada kapitalisme tua berlaku sepenuhnya
teori persaingan bebas dan pada kapitalisme modern terdapatlah
monopoli-monopoli dagang serta ekspor modal. Perkembangan kapitalisme tua
berkembang dengan perlahan-lahan, sedang kapitalisme modern selalu tergesa-gesa
karena mempunyai keinginan agar dapat mencapai tujuan dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Kedua macam kapitalisme tersebut sering mengalami krisis,
ialah salah satu gejala yang terdapat dalam lingkaran kehidupan perusahaan.
Sesudah
1870 kapitalisme berkembang menempuh jalan baru. Perkembangan menuju ke arah
dagang bebas internasional, pemerintah negara-negara kapitalis itu ikut
menjalankan peranan dan lapangan ekonomi secara aktif, misalnya dengan mengadakan
politik proteksi terhadap industri dan
perdagangan dalam negri atau menjalankan politik imerialisme.
Sistem
proteksi inipun menimbulkan masalah surplus kapital. Akibatnya terjadilah
imperialisme yang berusaha untuk mempengaruhi atau mendapatkan daerah-daerah
diluar batas negerinya guna tempat penanaman modal yang berlebih-lebihan itu.
Maka terjadilah pengejaran konsensi-konsensi diluar negeri serta panggilan
kekayaan yang terpendam di negara-negara yang lemah oleh pemerintah
negara-negara kapitalis..
3.
Nasionalisme dan Imperialisme moderen.
Menurut
P.J. Bouman, imperialisme modern adalah suatu istilah yang diperuntukan bagi
ekspansivitet negara-negara industri sesudah 1870/1880. Bagi sejarah Eropa abad
ke 19 adalah abad Nasionalisme. Semangat nasionalisme itu menjadi sangat tebal,
sehingga sering kali semangat itu dibawanya keluar batas-batas negerinya.
Dengan demikian maka suatu negara merasa mempunyai hak dan kewajiban untuk
melindungi warga negaranya yang tinggal di negeri orang lain.
Pada
zaman imperialisme modern kepentingan kaum kapitalis juga dilindungi oleh negaranya. Tuntunan
sekelompok kapitalis akan daerah-daerah konsensi di negeri lain biasanya
disertai pula ancaman gerakan angkatan laut. Kekuasaan negara berbeda di
belakang mereka, bukan hanya untuk melindungi warganegaranya. Tetapi juga
perusahaan-perusahaan mereka.
Disamping
semangat nasionalisme yang meluap-luap dibawa ke luar batas negerinya, juga
jingoisme dan chauvinisme dapat mengancam perdamaian dan mendorong dilakukannya
tindakan imperialisme. Bahwa jingoisme dapat mengancam perdamaian dan mendorong
dilakukannya tindakan imperialisme, dapat dilihat dari peristiwa perang Turki
(1877-1878) Perang ini memberi kemungkinan besar bagi Rusia untuk mencapai
cita-cita “hot-policy” di Balkan.
4.
Peran
pedagang dan penjajah sebagai pembentuk imperium
Dalam
usaha memperluas tanah jajahan, para pedagang dan penjelajah memegang peranan
yang sangat penting ialah bahwa dalam
masa imperialisme itu seakan-akan muncul kembali adanya perserikatan dagang
yang mendapat hak-hak kenegaraan seperti halanya EIC dan VOC, pada abad-abad
sebelumnya. Dengan memiliki hak-hak kenegaraan, perserikatan dagang yang
disebut Charteed Company itu dapat mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kepala suku penduduk Afrika , dapat
melakukan ekspansi, menguasai dan memerintah daerah-daerah protektorat milik
berbagai Chartered Company yang kemudian diserahkan kepada pemerintahnya
masing-masing.
Gorge
Goldie Taubman, pendiri United African Company, adalah pembentuk imperium
Inggris di daerah lembah sungai Niger. Pada 1886 sesudah mendapat piagam
perlindungan dari pemerintahnya, ia mengganti nama perserikatan dagangnya
dengan Royal Niger Company. Dalam pergulatan mendapatkan daerah lembah sungai
Niger, Goldie dapat mengatasi saingan kompeni dagang Prancis.
Dari
Jerman terkenal pedagang Karl Peters, pendiri Gesellschaft fiir deutsch Kolonization ia adalah seorang daripada
“apostles” yang terkemuka yang memimpin Jerman ke arah imperialisme. Dalam
memperebutkan daerah di Afrika Timur, Peters berhadapan dengan Sir William Maxkinon. Pemilik British East
Afrika Company.
Disamping
Peters, juga terkenal Luderitz, seorang pedagang Bremen, berhasil mendirikan
koloni Jerman yang pertama-tama, ialah di Afrika Baratdaya, Godeffory, seorang
pedagang Hamburg, menyiapkan pembentuk imperium Jerman di Pasifik dengan
mendirikan Deutsche Handels und Plantagen Gesellschaft der sud See Inseln.
Usaha
mencapai cita-cita mendirikan jalan kereta api dan hubungan kawat dari Cape ke
Cairo, mengakibatkan terjadinya peristiwa-peristiwa seperti jameson-raid dan
kemudian disusul dengan Perang Badar II.
Disamping
pedagang-pedagang kaum penjelajah juga melakukan peranan yang tidak kurang
pentingnya dalam hal memberikan bantuan bagi keperluan imperialisme negaranya. Perjuangan Baker dan Gordon yang merupakan
penjelajah itu membantu terlaksananya imperilisme negerinya. Demikian pula D.
Livingstone dan Stanley yang merupakan pembuka rahasia Afrika Tengah, dengan
menerbitkan buku-buku berisikan pengalaman penjajahannya, berhasil membuka mata
bangsa Eropa terhadap kekayaan yang luar biasa di daerah “Benua gelap” itu.
Maka datanglah negara-negara kapitalis Barat itu di Afrika dan menbagi benua
tersebut diantara mereka.
5. Usaha dan jenis imperialisme modern
Berbeda
dengan imperialisme tua, imperialisme modern tidak selalu menggunakan senapan
dan meriam dalam usahanya mempengaruhi
rumah tangga bangsa lain. Jalan yang ditempuhnya jauh lebih halus dan lebih
aman daripada yang ditempuh oleh imerialisme tua. Dengan cara yang tidak
menyolok itu pun dengan biaya yang lebih ringan, kaum imperialis modern dapat
mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Sebagai contohnya dengan jalan memberi “perlindungan” terhadap negeri yang
dianggapnya lemah. Sebagai negara “pelindung”, maka ia merasa wajib mengirimkan
“penasihat-penasihat” ke negeri-negeri yang “lemah” itu.
Pada
umumnya “penasihat-penasihat” itu diperlengkapi dengan tentara pendudukan. Oleh
sebab itu tidaklah salah, kalau yang disebut dengan istilah “nasihat” itu
sebenarnya berarti “perintah”. Tindakan
Inggris di Mesir pada akhir abad ke 19 dan “penetration pacifique”
Prancis di Tunisia dan Maroko adalah penanaman kekuasaan negara-negara
Imperialis melalui jalan ekonomi. Penanaman kekuasaan ekonomi itu dapat
mengakibatkan penguasaan politik negeri tersebut. Imperialisme politik negara
tersebut. Politik negeri –negeri tersebut mengakibatkan adanya koloni-koloni.
Pada zaman berkobarnya semangat nasionalisme
di dunia timur, politik kolonialisme sering bersembunyi pada bentuk protekorat ataupun
daerah-daerah mandat.
Selain
imperialisme politik terdapat pula imperialisme ekonomi dan imperialisme
kebudayaan. Pada zaman imperialisme modern yang lebih mengutamakan ekspor modal
dan juga karena pada zaman itu semangat
nasionalisme di luar Eropa makin berkobar, maka kebanyakan negara-negara
kapitalis menggantikan imperialisme politik dengan imperialisme ekonomi.
Imperialisme ekonomi ini berarti suatu cara untuk menguasai perekonomian suatu negara yang merdeka. Jika tujuan negara
imperialis itu bukan untuk menguasai politik ataupun ekonomi suatu negara
lain, melainkan hendak menguasai jiwa
penduduk suatu negara lain, maka imperialisme disebut imperialisme kebudayaan.
Menguasai jiwa suatu bangsa berarti menguasai alat untuk mengubah hubungan antara dua bangsa tersebut.
Jika suatu negara imperialis dapat menguasai jiwa seluruh anggota politik dari
negri lain, maka ini berarti suatu kemenangan besar. Kedudukannya atau
kekuasaannya di negri itu akan lebih stabil daripada jika menggunakan cara
pendudukan militer ataupun penguasaan ekonomi.
Menurut
Morgenthau, peranan yang dijalankan oleh imperialiseme kultural dalam zaman
modern adalah merupakan alat pembantu bagi pelaksanaan imperialisme yang lain.
Pada
zaman modern imperialisme kultural bekerja dengan dibantu oleh koloni ke 5.
Sebagai contoh, ialah usaha koloni ke 5 dari nazi pada permulaan Perang Dunia
II, Sering kali lembaga-lembaga keagamaan melakukan peranan penting dalam
pelaksanaan politik imperialisme bersifat kultural. Lembaga-lembaga tersebut
berkerjasama dengan pemerintahnya, atau kadang-kadang lembaga-lembaga keagamaan
itu bahkan ditumbuhkan dengan pemerintahnya.
Imperialisme
kultur ini telah ada sejak zaman kuno. Iskandar Zulkarnain pernah
menjalankannya dan Roma berhasil menananamkan pengeruh yang dalam sekali di
negara-negara Eropa untuk berabad-abad lamanya. Romanisasi ini adalah usaha
imperialismale kultural yang paling
berhasil.
Pada
waktu sekarang tidak sedikit negara-negara besar dengan menggunakan biaya yang
amat banyak berlomba-lomba menjalankan imperialisme bentuk baru yang disebut neokolonialismr imperialisme,
yang mendalangi pemerintah negara-negara boneka
bekas tanah jajahannya atau bekas daerah pengaruhnya yang telah memiliki
‘kemerdekaan politik”. Dengan jalan itu kaum imperialis berusaha dapat
memperoleh keuntungan seperti sediakala, seperti pada zaman kejayaan
imperialisme modern.
6. Masa kejayaan imperialisme modern
Sesudah
tahun 1880 negara-negara Eropa Barat terutama Inggris, Jerman, Prancis menyerbu
ke daerah-daerah yang masih “bebas” dan dalam waktu singkat mereka berhasil
menguasai daerah-daerah itu. Pembagian di antara mereka dilakukan dengan
melalui berbagai macam perundingan atau perjanjian. Sebelum Perang Dunia II
Afrika habis di bagi-bagi sehingga hanya tinggal Ethiopia dan Liberia saja yang
masih merrdeka. Seluruh pantai utara Afrika telah menjadi tanah jajahan Inggris
hampir dapat mencapai cita-citanya, ialah menguasai daerah dari Capo ke Cairo.
Italia mendapat daerah-daerah di sekitar jajahan Inggris di Afrika Timur-laut
dan pantai utara. Prancis hampir dapat mencapai impiannya, ialah membentuk
suatu imperium dari Samudra ke Samudra.
Tidak
hanya Afrika yang merupakan sasaran kaum imperialis modern, tetapi juga
pualu-pula di daerah lautan Teduh dan Amerika Latin diserbunya. Disamping itu itu penetrasinya Barat di Asia
juga diperhebat. Tiongkok menjadi perebutan. Jerman datang di Turki dan
berhasil mendapat konsesi membuat jalan kereta api Baghdad.
Menurut
Hobson masa antara 1885-1900 adalah masa ekspansi yang paling kuat bagi
negara-negara besar Eropa. Pada masa itulah seakan-akan Eropa Barat memegang
hegemoni di dunia. Kemahirannya dalam lapangan tenologi mengakibatkan penduduk
di luar Eropa sialu terhadap sinar Eropa itu, sehingga seakan-akan penduduk
kulit berwarna dipaksa membenarkan pendapat bahwa bangsa kulit putih lebih
superior daripada mereka. Pengaruh Eropa dalam segal lapangan dipancarkan ke
seluruh dunia dan terjadilah Eropanisasi dunia. Dimana seluruh dunia berada
dalam lingkungan pengaruh Eropa.
Bangsa
Eropa sendiri dalam menghadapi bangsa lain di luar bangsanya merasa satu.
Timbulah semacam nasionalisme Eropa. Mereka memiliki perasaan superior daripada
bangsa-bangsa lain.Perasaan tersebut berakar
pada teori count Arthur Gobineau, orang pertama yang menyusun secara
sistematis nasionalisme biologis dalam buku karyanya Essai-sur 1inegalite des
races humaines (1853). Diterangkannya bahwa masyarakat adalah suatu organisme
biologis, perubahan kebudayaan bukan disebabkan karena faktor-faktor biologis
“Faktor darah adalah sangat penting. Dalam hal kemampuan kreatif umat manusia
memiliki taraf-taraf yang tidak sama derajatnya. Kemampuan ini ditentukan oleh kualitas jenis bangsa.
Ada jenis bangsa yang terpilih, ialah jenis bangsa Teutonik dan German. Jenis
bangsa lainnya termasuk jenis bangsa yang terbelakang dan tidak mampu mencapai
taraf peradaban/kebudayaan yang lebih
tinggi.”kemurnian darah” jenis bangsa yang tinggi derajatnya itu harus dijaga benar, agar dapat menunaikan
tugasnya sebagai pemimpin.
Walaupun
kebenaran teori telah banyak disangkal oleh ahli-ahli lainnya dan teori
tersebut masih tetep meluas di kalangan bangsa kulit putih..H Stewart
Chamberlain (1855-1927), seorang bangsa inggris yang lam tinggal di jerman,
mengarang buku “ The Foundation of the
Nineteenth Century, dimana gagasan-gagasan Gobineau dicetuskan lagi.
Berdasarakan keyakinan bahwa bangsa kulit putih adalah lebih superior daripada
bangsa-bangsa kulit berwarna , maka Rudyard Kipling (1885-1932) pujangga
imperialis bangsa inggris yang terkenal, menciptakan keyakinan nasional tentang
pentingnya peranan dari “bansa
Anglo-Saxon” dalam sejarah peradaban.
dalam hal membungkus kepentingan-kepentingan ekonomis dengan motif-motif
biologis dan ethis, seperti halnya yang dikemukakan oleh Kliping. Jules Ferry,
tokoh imperialis Prancis, menyatakan bangsa-bangsa yang superior termasuk
Prancis, mempunyai kewajiban moril untuk memajukan bangsa-bangsa yang
terbelakang. Untuk kepentingan ini Prancis harus menjalankan “mission sacree” untuk “mission Sacree” untuk “mission cilvillsatrice” di
Afrika.
Pada
waktu imperialisme Barat sedang mengalami masa kejayaan, telah tampak pula
adanya tanda-tanda yang menuju keearah kemerosotanya. Hal ini disebabkan oleh
sifat imperialisme modern sendiri ialah sifat bebas bersaing, seperti halnya
sifat kapitalisme modern. Dalam hal melakukan kompetensi melakukan kompetisi
secara hebat.
Persaingan
antara negara-negara imperialis itu terjadi bersamaan dengan perlombaan
mempersenjatai diri. Militerisasi secara besar-besaran oleh negara-negara
imperialis itu telah dilakukan dengan hebat. Sehingga timbullah berbagai krisis
yang mengancam perdamaian dunia. Krisis
Fashoda mengancam adanya perang anatara Inggris dan Prancis. Sedang krisis
Marokko antara Prancis dan Jerman. Walaupun krisis-krisis tersebut dapat
diatasi dengan jalan damai, namun akhirnya timbul pula perang besar antar
negara-negara imperialis disebabkan oleh krisis Balkan.
Menurut
pandangan Eropasentris, perang besar ini disebut Perang Dunia I, tetapi menurut
pandangan duniasentris, perang 1914-1918 itu adalah perang saudara antara
negara-negara kapitalis imperealis. Perang dunia itu adalah bentuk lain
daripada kelanjutan persaingan antara negara-negara yang telah melakukan
industrialisasi sangat kuat. Negara imperealis muda, Jerman, ingin mendesak dan
menuntut pembagiankembali daerah-daerah jajahan negara-negara imperialis tua
seperti Inggris dan Prancis.
Akan
tetapi berakhirnya perang besar tersebut belum dapat mengtasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh negara-negara
imperialis. Segala persaingan antara negara-negara imperialis tersebut ditambah dengan adanya aliran-aliran
baru, sosialisme di Eropa dan nasionalisme di Asia, membuat makin merosotnya
sinar cemerlang imperialisme kolonial bangsa barat yang dimulai pada akhir abad
ke-16, telah menjadi suram. Berakhirlah hegemoni Eropa Barat di dunia dan
munculah kekuatan-kekuatan baru. Menurut pendapat Tocqueville, pengarang buku
tentang Amerika, yang dikutip oleh Dr. R F. Beerling dalam bukunya Pertumbuhan Dunia Modern antara lain
sebagai berikut
“Dua
bangsa besar yang bertolak dari pangkal yang berlainan, bergerak ke arah tujuan
yang sama, yakni bangsa Rusia dan bangsa Amerika.”
“Untuk
mencapai tujuannya, maka Amerika bersandar akan kekuasaan dan budi manusia
perseorangan bangsa Rusia mumutuskan
seluruh kekuasaan masyarakat pada seorang-orang. Yang satu terutama
mempergunakan kebebasan sebagai alat aksinya, yang lain menggunakan pengabdian,
tetapi, masing-masing rupanya dipanggil oleh rencana kodrat yang tersembunyi untuk menguasai
separuh dunia kelak”
Tetap
dengan munculnya negara-negara baru bekas koloni maupun daerah pengaruh, maka timbulah pula
kekuatan-kekuatan baru disamping Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memegang
peranan penting dalam percaturan politik dunia.
A. RAHASIA AFRIKA TENGAH TERBUKA
1.
David
livingstone dan henry morton stanle, pembukaan rahasia “benua gelap”
Nama
D. livingstone (1813-1873) menjadi terkenal dalam sejarah dunia, karena
dihubungkan dengan pembukaan rahasia afrika tenga. Pada masa mudanya ia belajar
ilmu klasik, obat-obatan dari theologia. Kemudia pada 1840 ia meninggalkan
London, menjalankan tugas London missionary society ke afrika. Pada 1841 awal
ia sampai di cafe town. Selanjutnya ia menuju ke tanah bechuana, tempat
pangkalan misi yang didirikan oleh Robert Moffat. Pangkaln ini adalah pangkalan
misi milik London missionary society yang terdiauh berada di tanah pedalaman.
Delapan
tahun lamannya D. livingstone telah mengelolah rencannya untuk mengarungi gurun
pasir Kalahari. Akhirnya ia memulain pekerjaan tersebut dan pada 1849 ia
menenmukan danu ngami. Dan tahun berikutnya ia mulai dengan perjalanannya yang
kedua menuju kesungai zambesi bagian hulu dan sungai congo. Berkat hubungan
yang baik dengan suku-suku afrika serta kebijaksanaanya menghadapi orang-orang
bushmen, livingstone berhasil dapat melintas gurun pasir tersebut tanpa terjadi
insiden apapun.
Pada
1851, D. livingstone telah menempuh jarak sepanjang 200 mil ke utara. Hubungan
baik dengan makololo, menyebabkan ia berhasil menemukan sungai zambesi. Tetapi
tempat belum diketahuinya. Pada 1853 ia memutuskan akan melintasi benua yang
masih gelap itu dengan tujuan membuka jalan perdangan kelaut atlantik.
Ekspedisi ini dimulai pada tahun berikutnyamenuju kea rah barat, ke muara
sungai congo. Dalam keadaan yang sulit, perlengkapan serba kurang, keseharan
terganggu, ia memaksa diri untuk terus maju menuju hutan-hutan tropis dan
akhirnya ia mencapai propinsi portugis, angola.
Sesudah
istirahat secukupnya ditempat tersebut. Ia memulai lagi dengan perjalanan baru,
ialah menuju kearah timur, ke laut hindia. Sebagian perjalan tersebut ditempuh
melalui sungai, menyusuri sengai zamberi sampai muarannya. Tujuan ialah membuka
jalan perdangan ke laut hindia. Dalam perjalanan ini, D. livingstone menemukan
air terjun Victoria. Kemudia ia meninggalkan sungai zambesi menuju kearah
timur-laut melalui tanah-tanah yang sangat kaya akan faunnya.
Pada
18656, D. livingstone kembali Zambesi untuk memangku jabatan konsul inggris dan
mendapat tugas untuk melanjutkan penjelajahannya, membuka daerah-daerah baru
untuk perdangan. Pada tahun berikutnya ia menghentikan dan sejak itu ia mulai
bener-bener menekuni pekerjaanya sebagai seorang penjelajah. Hasil yang dicapi
berupa penemuan-penemuan cukup memuaskan. Diketemukannya sungai shire,
danau-danau shirwa dan nyasa, ia meletakan dasar-dasar protektorat Nyasaland.
Disamping hasil-hasil tersebut, ia membuka mata dunia terhadap kengerian yang
berlangsung dalam perdangan budak.
Pada
1864 ia kembali kenegrinya dan sesudah beristirahat setahun lamanya, ia
berangkat lagi ke afrika untuk melakukan perjalanan. Kali ini mata liar sungai
Nil yang dijadikan sasaran pekerjaanya. Ia bertolak dari Zanzibar, tetapi
kemudian selama lima tahun sejak ia memulai dengan pekerjaanya itu, tidak
terdengar berita tentang dirinya. Pada tahun-tahun itu ia mengembara di
daerah-daerah yang terbentang luas dari Danau Nyasa ke Danau Tangayikn.
Observasi yang sangat berharga dilakukan olehnya, akan tetapi pekerjaan itu
mengakibatkan kesehatan jasmaninya sangat mundur. Pada 1871 ia mencapai Ujiji,
dimana ia berjumpa dengan Stanley, yang pada waktu itu ditugaskan untuk
mencarinya.
Henry
Morton Stanley (1841-1904), pada 1871 dikirim oleh James Gordon Bennet,
redaktur harian Amerika Serikat New York
Herald, untuk mencari Livingstone yang pada waktu itu tidak tentu
rimbannya. Stanley berangkat dari pantai Afrika sebelah timur, menyelinap
menemui daerah yang berhutan rimba, berawa-rawa, bersama sekelompok kecil
penunjuk jalan yang terdiri atas orang-orang Arab dan beberapa orang suku
pribumi Afrika. Ketika ia berhasil menemukan D. Livingstone, maka ia
bekerjasama hingga tahun 1872, melakukan penjelajahan kedaerah utara Tangayika.
Kemudian mereka berpisah. Masing-masing melakukan usahannya sendirin.
Livingstone mengambil arah selatan, tetapi kesehatan badannya tidak
memungkinkan untuk melaksankan rencana kerjannya. Pada 1873 ia meninggal dunia.
H.M.
Stanley berhasil menemukan seluruh aliran sungai Congo. Dan bagian hulu sungai
itu, ia mengikuti arus yang deras, jalannya pun berbelit-belit menuju ke lautan
Atlantik. Sesudah melakukan pekerjaan besar ini selama tiga tahun (1874-1877),
ia kembali ke Eropa dengan membawa manuskrip tentang penemuan sungai Congo
dengan maksud akan diterbitkan Through the Dark Continent adalah buah kerja Stanley yang
pertam-tama, terbit pada 1878.
Buku
ini memakai sub-titel Or the Scources of
the Nile round the Great Lakes of Equatorial Africa and down the Livingstone
River, to the Atlantik Ocean.
Dalam
tahun berikutnya Stanley melakukan penjelajahan lagi Afrika tengah. Bukunya
yang berjudul the Congo, terbit pada
1885, membuka mata bangsa Eropa akan terdapatnya kekayaan yang luar biasa di
Afrika bagian pedalaman. Ditambah dengan buku Livingstone antara lain: Misionary Travels in Sounth AfricaI
(1857) dan The Zambesi and its
Tributaries (1865) berisi pengalamannya pada waktu melakukan perjalanan
pertama dan kedua, makin banyak pengetahuan orang tentang benua gelap itu.
Keadaan dan kekayaan tanah-tanah tersebut yang banyak mengandung komersil,
sangat menarik bagi Negara industry di dunia Barat. Mereka berebut daerah,
Afrika dibagi-bagi di antara Negara imprealis itu. Mulailah sejrah yang tragis
bagi bangsa Afrika. Permulaan lembaran gelap bagi penduduk pribumi sesudah “benua
gelap” dibawah kearah terang.
3.
Raja
Leopold II dan Congo
Di
antara penguasa-penguasa Negara barat pada waktu itu, raja belgia, Leopold II,
adalah satu-satunya yang telah memiliki pandangan luas tentang pentingnya
eksporasi didaerah Congo yang sangat kaya itu. Ia adalah raja yang cukup cakap
dan sangat besar perhatiannya terhadap terhadap kemajuan industry negrinya.
Sebelum Negara-negara dikonten Eropa mengikuti politik imprealisme modern,
beliau telah memiliki pendapat bahwa belgia harus mempunyai pasaran yang luas
benua Eropa.
Pada
1876 “raja saudagar” ini mempunyai in isiatif untuk mendirikan suatu lembaga
yang bernama International Association
for the Exsploration and Civilization of Central Africa. Di kota Brussel
dilangsungkan suatu konfrensi “Geografical
Conference ”. di hadiri oleh oleh para ahli geografi, penjelajah dan
tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai Negara Eropa. Ia tidak mengatakan kebutuhan
komersil belgia tetapi ia berbicara tentang pentingnnya pekerjaan membawa
penduduk Congo menjadi beradab.
Bahwa
maksud utama Leopold II adalah untuk mendapatakan pasaran bagi industry dan
perdangan Belgia di Afrika Tengah, Nampak jelas sekali dari tindaknnya dalam
menghubungi Stanley. Ketika Stanley untuk kedua kalinya kembali ke Eropa dengan
membawa Manuskripnya, Leopold mengirim utusannya untuk menemui Stanley 1878.
Utusan-utusan tersebut berhasil menemukan Stanley dibandar Marseille dan minta
dengan sangat agar Stanley suka menerima tugas rahasia dari raja belgia untuk
kembali berjelajah didaerah Congo. Stanley menerima tawaran tersebut dan ia
kembali ke Afrika atas nama “International
Assocation”. Akan tetapi dihati ia mengharapkan agar tanah airnyalah yang
akan memetik hasil penjelajahannya di daerah Congo itu. Dalam ontobiografinnya
ia menulis sebagai berikut: “Semua ini (lembah sungai Congo) seharusnya dapat
masuk daerah Britania Raya, tetapi sayang ditolak’. Memang itu politik
pemerintah perdana mentri Willliam E. Gladstone belum bersifat imprealistis. Ia
tidak ingin menambah beban inggris dengan mencari tambahnnya koloni. Karena
pemerintahannya tidak menaruh perhatian kepada daerah-daerah yang
diketemukannya, maka Stanley mengabdi pada raja Leopold II.
Pada
1878 sebuah komite didirikan sebagai cabang dari pada Association tersebut
diatas, diberi nama Committee for the
Study of the Upper Congo. Anggotanya terdiri atas
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imperialisme
modern tidak selalu menggunakan senapan dan meriam dalam usahanya mempengaruhi
rumah tangga orang lain, jalan yang ditempuhnya jauh lebih halus dan lebih aman daripada yang ditempuh
imperialisme tua yang cenderung menggunakan kekerasan. Pada zaman imperialisme
modern lebih mengutamakan ekspor modal dan juga karena pada zaman itu semangat
nasionalisme di luar Eropa makin berkobar, maka kebanyakan negara-negara
kapitalis menggantikan imperialisme politik dengan imperialisme modern.
maksud
utama Leopold II adalah untuk mendapatakan pasaran bagi industry dan perdangan
Belgia di Afrika Tengah, Nampak jelas sekali dari tindaknnya dalam menghubungi
Stanley. Ketika Stanley untuk kedua kalinya kembali ke Eropa dengan membawa
Manuskripnya, Leopold mengirim utusannya untuk menemui Stanley.
DAFTAR PUSTAKA
|
What to do on bet365 match point spread
BalasHapusThe bet365 betting exchange is a platform that allows customers to place bet on all the major matchpoint sports. Bet365 카지노사이트 makes betting on football Bet365 Sport: Live Betting, Same Game, 메리트카지노 MultiplierBet365 Markets: Football, Boxing, Acca, DFS,